Fenomena Lubang Terbesar Lapisan Ozon di Atas Arktik Akhirnya Tertutup, Apa Penyebabnya?

Leonard Leonard - Sabtu, 06 Juni 2020
Fenomena Lubang Terbesar Lapisan Ozon di Atas Arktik Akhirnya Tertutup, Apa Penyebabnya?
(Foto: Unsplash/Trevor Cole)

PADA akhir Maret para ilmuwan melihat tanda-tanda terbentuknya lubang langka diduga akibat suhu rendah di kutub utara.

Lubang itu merupakan lapisan ozon melindungi Bumi dari sebagian besar radiasi ultraviolet Matahari, dan merupakan penyebab utama kanker kulit.

Baca juga:

Singapura Temukan Perangkat Penghasil Listrik Bertenaga Bayangan

1
Bukan dikarenakan berkurangnya populasi akibat lockdown (Foto: mymodernmet)

Melansir laman Euronews, lubang dengan rekor terbesar ini hanya akan menjadi ancaman langsung bagi manusia jika telah berpindah lebih jauh ke arah selatan di daerah-daerah berpenduduk.

Tetapi pada hari Kamis (23 April), Copernicus, program pemantauan bumi European Union mengumumkan lubang itu sekarang telah tertutup.

Penutupan itu tidak ada hubungannya dengan pengurangan polusi disebabkan ramainya pemberlakuan lockdown COVID-19.

Namun sebaliknya, karena arus tinggi biasa membawa udara dingin justru turun ke pusaran kutub di daerah kutub telah terbelah menjadi dua bagian, dan memberi wilayah Arktik gelombang panas relatif dengan suhu hingga 20ºC lebih tinggi dari normalnya sepanjang tahun ini.

Tahun ini pusaran kutub sangat kuat dan suhu di dalamnya sangat dingin. Menghasilkan awan stratosfer yang menghancurkan lapisan ozon dengan bereaksi bersama gas CFC yang dilarang Protokol Montreal 1987.

Dalam beberapa hari terakhir, pusaran kutub telah rusak dan melemah. Copernicus ECMWF (Pusat Eropa untuk Prakiraan Cuaca Jangka Menengah) memperkirakan lubang tersebut akan terbentuk lagi, tetapi tanpa mempengaruhi lapisan ozon.

"Terjadinya penipisan ozon sekuat itu di belahan bumi utara sangat tidak biasa. Namun pusaran kutub tahun ini sangat kuat dan persisten. Suhu cukup rendah untuk memungkinkan awan stratosfer terbentuk selama beberapa bulan," kata ilmuwan Copernicus Antje Inness kepada para ilmuwan terang Euronews.

Baca juga:

Tingkat Polusi Udara Tiongkok Meningkat Pasca Lockdown

2
Pusaran kutub tahun ini sangat kuat dan persisten (Foto: Unsplash/JeremyGoldberg)

Lubang ozon paling terkenal berada di atas Antartika di Kutub Selatan terjadi selama musim semi austral (Juli hingga September) ketika stratosfer secara alami jauh lebih dingin. Secara umum, kondisi kerusakan ozon pada skala ini tidak terjadi di Kutub Utara.

Tahun ini, pusaran kutub kuat dan stabil telah menyebabkan konsentrasi lebih banyak bahan kimia perusak ozon daripada biasanya. Menambah cuaca dingin ekstrem telah menciptakan kondisi lubang yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Lubang ozon pertama kali diamati di Kutub Utara pada tahun 2011, namun lebih kecil.

Masih terlalu dini untuk menghubungkan fenomena ini dengan perubahan iklim atau untuk menilai konsekuensinya, baik dalam jangka pendek, menengah, atau panjang.

"Kami tidak tahu saat ini mengapa dinamika tersebut sangat tidak biasa di musim dingin ini," kata Inness. "Saya yakin banyak ilmuwan akan melakukan studi pemodelan untuk mencari tahu alasannya".

Konsekuensi langsungnya menjadikan peningkatan paparan sinar UV di area yang dilewati lubang ozon ini, selama periode Alaska, Kanada, Greenland, dan sebagian Rusia.

Para ilmuwan di Universitas Santiago de Chile mengatakan kepada Euronews, pusaran kutub luar biasa juga diperkuat lubang ozon, dan telah menjadi faktor penentu di Eropa.

Lubang ozon Antartika pada tahun 2019 menjadi yang terkecil sejak gangguan atmosfer disebabkan gas CFC ditemukan pada tahun 1985.

Larangan gas-gas ini oleh Protokol Montreal pada tahun 1987 telah memungkinkan pengurangan lubang ozon Antartika. Pengurangan pada lubang ozon tahunlalu juga dikarenakan episode ekstrim pemanasan stratosfer. (lgi)

Baca juga:

Greenland Memiliki Grand Canyon di Bawah Lapisan Esnya

#COVID-19 #Virus Corona #Ozon
Bagikan
Ditulis Oleh

Leonard

Bagikan