Merahputih.com - Pengamat media sosial Hariqo Wibawa Satria menilai lomba perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia di masa pandemi COVID-19 dapat mengedepankan pendekatan virtual. Hal itu guna menghindari penularan virus SARS-CoV-2 tanpa menghilangkan semangat nasionalisme.
"Perlu dicontohkan lomba-lomba berbasis virtual sehingga bisa dicontoh masyarakat. Ambil semangat dari balap karung, panjat pinang, kemudian masukkan ke dalam lomba-lomba yang menggunakan internet," kata Direktur Eksekutif Komunikonten Hariqo saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (14/8).
Baca Juga
Jakarta Cetak Rekor Provinsi Paling Demokratis Se-Indonesia, Ini Kata Anies
Menurut dia, pendekatan Agustusan virtual merupakan perwujudan penerapan protokol kesehatan yang tidak jauh dari gerakan 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencegah kerumunan).
Dengan begitu, dia mengatakan 3M itu adalah protokol yang nyata saat perayaan HUT Ke-75 RI. Gerakan tersebut harus lebih masif yang berbeda dengan hari besar keagamaan karena perayaan kemerdekaan tersebut dirayakan seluruh masyarakat Indonesia, di dalam dan luar negeri.

Hariqo mengimbau para pejabat negara dan pemengaruh (influencer) untuk secara spesifik, singkat dan padat dalam mempromosikan protokol kesehatan.
"Sering pejabat mengatakan ayo kita taat protokol kesehatan, itu masih terlalu umum. Semakin singkat dan sedikit pesan kunci, semakin strategis dampaknya dan semakin mudah mengukurnya. Setelah membaca berbagai protokol kesehatan, saya kira inti dari semuanya adalah 3M itu," kata dia.
Baca Juga
Di Ulang Tahunnya ke-130, Bio Farma Mulai Uji Klinis Tahap Ketiga Vaksin COVID-19
COVID-19, sebagaimana dikutip Antara, merupakan musuh bersama dalam perang semesta. Setiap upaya kreatif harus dilakukan dalam perang tersebut seperti melibatkan para pemengaruh. Tetapi yang lebih penting dari itu adalah para penggaung (buzzer) yang menyebarkan pesan dari ahli kesehatan dan pakar terkait untuk memberi sosialisasi tentang corona secara benar.
"Jangan karena merasa influencer lalu bikin konten sendiri terkait COVID-19 tanpa rujukan yang jelas. Lebih baik jadi buzzer yang menyebarkan pesan dari para ahli kesehatan masyarakat. Jadi buzzer para ahli kesehatan itu sangat mulia," kata dia. (*)