SIAPA tak kenal grup musik KLa Project yang digawangi Katon Bagaskara, Lilo dan Adi ini. Terbentuk pada Oktober 1988, grup musik ini selalu unik dalam berkarya. Salah satunya dengan lirik bersajak nan bernuansa sastrawi. KLa Project selalu memasukkan kata-kata unik yang tidak pernah digunakan oleh grup musik lain di tanah air.
Sebut saja lagu Yogyakarta misalnya, lagu dari album Kedua (1990) itu menjadi hit pada masanya dan masih dikenal sampai saat ini. Lagu berdurasi lima menit itu mengandung lirik bersajak seperti penggalan berikut:
Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti yang dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna...
Baca Juga:

Dua kata yang jarang digunakan dalam penggalan lirik di atas adalah 'setangkup' dan 'selaksa'. Tim Merahputih telisik, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kemendikbud, 'setangkup' memiliki kata dasar 'tangkup' yang berarti sama besar. Sementara 'selaksa' berasal dari kata 'laksa' yang berarti puluhan ribu, dalam lagu tersebut kata 'selaksa' cenderung berarti sangat banyak.
Tidak hanya lagu itu, lagu Terpuruk Ku Di Sini di dalam album Ungu (1994) juga sama-sama mengandung makna sastrawi. Lagu berdurasi empat menit lebih ini mengandung lirik sajak seperti penggalan berikut:
Mentari tersaput mega, enggan bersinar
Menusuk angin ke raga, jiwa gemetar
Terpuruk ku di sini, dipeluk bimbang sikapmu
Membeku dan sara... tak terkira
Terhempas bimbang sikapmu
Menggigil palung hati, dipelukan bimbang jawabmu
Terpuruk ku di sini, dihempas bimbang sikapmu
Membeku dan sara... tak terkira...
Dua kata dan frasa yang jarang digunakan dalam lagu adalah 'tersaput' dan 'menggigil palung hati'. Kata 'tersaput' menurut KBBI bermakna 'tertutup'. Sementara itu, 'palung' adalah 'jurang di dasar laut' yang kemudian membuat 'menggigil palung hati' dapat diartikan merasa menggigil sampai hati yang paling dalam.
Baca Juga:
Festival Sastra Internasional di Tanah Air yang Selalu Dinanti

Dilansir dari beberapa sumber, perbendaharaan kata unik nan satrawi yang digunakan KLa Project dalam lirik-liriknya merupakan hasil gubahan sang vokalis Katon Bagaskara. Katon mulai mengenal puisi dengan membaca karya-karya Chairil Anwar. Ia mendalami pengetahuan puisi dengan membaca karya pujangga lain, seperti Sutan Takdir Alisjahbana, Taufik Ismail, WS Rendra dan Kahlil Gibran. Bagi Katon, puisi bukan sekadar kata-kata melainkan filosofi.
Khusus untuk lagu bertemakan cinta, Katon tidak ingin membuat lirik yang tersurat, melainkan tersirat. Dalam lagu Menjemput Impian, tidak ada frasa 'aku cinta padamu' padahal lagu itu bercerita tentang ungkapan rasa cinta. Ia ingin pendengar menafsirkan sendiri lagu yang dibuat. Begitu pula dengan lagu Terpuruk Ku Di Sini yang bercerita tentang patah hati. Tidak ada frasa 'patah hati' atau 'cinta tertolak' dalam lagu itu.
Bentuk-bentuk dan penggambaran dari metafora sastrawi tersebut khususnya yang terdapat di dalam lirik lagu KLa Project, dari itulah kita dapat menentukan konseptualisasi dari metafora tersebut. Dengan pemahaman metafora konseptual mempermudah KLa Project dalam membentuk suatu metafora baik itu dalam bentuk lisan maupun tulisan. Berbeda tapi lebih berkualitas itu yang terapkan oleh KLa Project, karena itulah lagu demi lagunya tetap selalu mengisi relung kehidupan bagi pendengarnya. (DGS)
Baca Juga: