Lika-Liku Vaksin Nusantara Karya Mantan Menkes Terawan

Andika PratamaAndika Pratama - Selasa, 16 Maret 2021
Lika-Liku Vaksin Nusantara Karya Mantan Menkes Terawan
Mantan Menteri Kesehatan Terawan didampingi sejumlah tim medis RSUP Persahabatan Jakarta Timur dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (12/3/2020). ANTARA/Andi Firdaus/pri.

MerahPutih.com - Kasus COVID-19 yang belum hilang membuat berbagai kalangan belomba-lomba unjuk gigi membuat vaksin COVID-19. Tak terkecuali mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto bernama Vaksin Nusantara.

Alasan Terawan ciptakan vaksin itu karena dirinya pernah mengembangkan sel dendritik sejak di RSPAD Gatot Subroto pada 2015. Vaksin Nusantara ini diteliti menggunakan sel dendritik.

Baca Juga

Terawan Bikin Vaksin Nusantara, Komisi VI DPR: Jangan Sampai Profit Oriented

Tapi niatan Terawan menciptakan vaksin secara mandiri mendapat kritikan berbagai kalangan yang menyinggung ke dalam dunia kemedisan.

Menurut dia, dendritik sel ini sebetulnya sudah dikenal di sejumlah kalangan masyarakat. Bahkan sudah publis di jurnal internasional.

Terawan pun yakin vaksin yang dikerjakannya tersebut sangat aman karena bersifat individual. Jika mendapatkan vaksin Nusantara, pasien hanya menerima suntikan vaksin yang berasal dari sel darahnya sendiri dan bukan orang lain.

Vaksin Nusantara dikembangkan oleh RSUP Kariadi Semarang bersama dengan Universitas Diponegoro. Terawan sendiri selaku sebagai Ketua Tim Pengembang Vaksin Nusantara.

Secara detail, vaksin ini dapat menjadi solusi bagi mereka yang mengalami autoimun, bahkan memiliki komorbid berat. Kini vaksin itu usai menyelesaikan uji klinis tahap pertama.

Eks Tentara ini berharap pengembangan vaksin Nusantara tersebut mendapat dukungan dari Kemenkes serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Ilustrasi vaksin COVID-19. Foto: torstensimon/Pixabay
Ilustrasi vaksin COVID-19. Foto: torstensimon/Pixabay

Keinginan Terawan mengadakan vaksin COVID-19 lokal tak berjalan mulus, di tengah penelitian Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) memutuskan untum mengundurkan diri. FK-KMK UGM merupakan tim riset dari uji klinis Vaksin Nusantara.

Alasannya karena para peneliti tersebut selama ini merasa tidak dilibatkan dalam proses uji klinis maupun penyusunan protokolnya.

Wakil Dekan FK-KMK UGM Bidang Penelitian dan Pengembangan, dr Yodi Mahendradhata menyebut, pihaknya sudah mengirim surat pengunduran diri ke Kemenkes. Dari pengakuan Yodi, mereka sebenarnya belum terlibat sama sekali dalam penggarapan vaksin Nusantara.

Yodi mengatakan, sejumlah peneliti UGM sempat menerima komunikasi informal terkait rencana pengembangan vaksin di bawah koordinasi Kemenkes dan menyatakan bersedia mendukung penelitian yang akan dilakukan.

Namun, seiring jalannya waktu tidak ada komunikasi lebih lanjut terkait penelitian vaksin tersebut. Para peneliti bahkan tidak mengetahui jika Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Surat Keputusan Nomor HK 01.07/MENKES/11176/2020 yang mencantumkan nama mereka beserta posisi yang mereka duduki dalam tim ini.

“Waktu itu belum ada detail ini vaksinnya seperti apa, namanya saja kita tidak tahu. Hanya waktu itu diminta untuk membantu, ya kami di UGM jika ada permintaan dari pemerintah seperti itu kami berinisiatif untuk membantu,” jelas Yodi.

Tak sampai disitu, di tengah jalan uji klinis, Vaksin Nusantara besutan Terawan mendapat kritikan oleh BPOM. BPOM menyebut kalau Vaksin Nusantara tidak sesuai kaidah medis.

Salah satu hal yang disoroti BPOM ialah adanya perbedaan lokasi penelitian dengan pihak sebelumnya yang mengajukan diri sebagai komite etik.

Pasalnya, kata Kepala BPOM Penny Lukito, setiap tim peneliti harus memiliki komite etik di tempat penelitian yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan keselamatan subyek penelitian.

Selain itu, yang juga disoroti Penny, perbedaan data dari tim uji klinis Vaksin Nusantara, sementara BPOM sudah selesai meninjau hasil uji klinis I Vaksin Nusantara.

BPOM sudah menyerahkan hasil peninjauan atas uji klinis tersebut pada Kemenkes dan tim peneliti vaksin di Semarang. Hingga kini, BPOM belum memberikan Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinis (PPUK) untuk uji klinis tahap dua dan tiga.

Rencana Terawan membuat Vaksin Nusantara dibela dan didukung Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jokowi tegaskan, pengembangan vaksin di dalam negeri secara mandiri harus didorong hingga mencapai kesuksesan.

Hanya saja kata Jokowi, pengembangan vaksin tersebut harus mengikuti kaidah-kaidah ilmiah yang melibatkan banyak ahli. Sehingga, vaksin yang dihasilkan berkhasiat dan aman digunakan.

"Uji klinis harus dilakukan sesuai prosedur yang berlaku terbuka, transparan serta melibatkan banyak ahli," jelas Jokowi.

Persyaratan dan tahapan pengembangan vaksin secara ilmiah kata Jokowi, sangatlah penting untuk membuktikan jika proses pembuatan vaksin sangat mengedepankan unsur kehati-hatian dan dapat dipertanggungjawabkan.

"Sehingga vaksin yang dihasilkan aman dan efektif penggunaannya, jika semua tahapan sudah dilalui kita percepat produksi untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri akan vaksin," paparnya.

Saat ini ada dua vaksin yang dikembangkan di Indonesia secara mandiri yakni Vaksin Merah Putih dan Vaksin Nusantara. (Asp)

Baca Juga

Pimpinan DPD Minta BPOM Tak Persulit Perizinan Vaksin Nusantara

#COVID-19 #Vaksin Covid-19 #Menkes Terawan
Bagikan
Ditulis Oleh

Asropih

Bagikan