MerahPutih.com - Indonesia ditargetkan bisa menduduki urutan 60 dalam peringkat kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business (EoDB).
"Kami targetkan sekitar 60 karena Bapak Presiden memberikan kami waktu tiga tahun sampai dengan tahun 2023 itu harus 40," ujar Menteri Investasi Bahlil Lahadalia di Jakarta, Senin (30/8).
Baca Juga:
Kejar Target Investasi Rp 900 Triliun, Jokowi Sesumbar Izin Usaha Tak Akan Ribet
Bahlil menjelaskan, Bank Dunia tidak mengumumkan peringat kemudahan berusaha tahun lalu, sehingga Indonesia masih berada pada urutan ke-73 secara global.
Kementerian Investasi melakukan lawatan ke Amerika Serikat, salah satu agendanya adalah mengunjungi Bank Dunia untuk mempertanyakan peringkat kemudahan berusaha.
"Kami baru balik dari sana dan kami sudah menanyakan hal itu. Insya Allah bulan Oktober ini rencana ada pengumuman," ujar Bahlil.
Dalam upaya mengejar target penurunan peringkat EoDB tersebut, pemerintah meluncurkan sistem perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik melalui sistem online single submission (OSS) berbasis risiko.
Teknologi tersebut dapat memudahkan para pengusaha untuk mendapatkan perizinan secara cepat, efektif, dan efisien.

Menteri Bahlil menambahkan, penurunan peringkat EoDB juga ditempuh melalui upaya lobi.
"Ini tergantung lobi-lobi pimpinan, lobi setengah kamar yang tidak ada dalam undangan-undang," katanya.
Sebelumnya,Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing masuk ke pasar keuangan Indonesia sebesar Rp 7,67 triliun pada pekan ini atau periode 23-26 Agustus 2021. Aliran modal asing ini terdiri dari investasi ke surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 7,18 triliun dan saham sebesar Rp 0,49 triliun.
Sementara, aliran modal asing yang masuk sejak awal tahun hingga 19 Agustus 2021 (year to date) mencapai sebesar Rp 14,10 triliun. (*)
Baca Juga:
Minat Beli Properti untuk Investasi Meningkat