Letusan Gunung Agung, Bali Tewaskan 1500 Orang di Tahun 1963

INDONESIA memiliki 130 gunung berapi sebagai rangkaian dari Ring of Fire. Sabuk lempengan tektonik yang mengitari Samudera Pasifik.

Paling tidak ada dua gunung dalam kurun waktu hampir satu dekade yang memuntahkan isi perutnya. Gunung Merapi di Yogyakarta di tahun 2010 yang menewaskan 300 orang. Kemudian Gunung Sinabung di Sumatera Utara di tahun 2013 menunjukan aktivitas vulkaniknya setelah lama tertidur pulas.

Letusan Gunung Agung saat ini mungkin belum seberapa bila dibandingkan dengan letusan pada 18 Februari 1963 yang menelan korban 1500 jiwa. Letusan di tahun itu bukan hanya awan panas, lahar dan semburan hujan debu saja. Intensitas hujan yang tinggi kala itu di puncak mengalirkan lahar dingin.

Gunung Agung pada letusan 1963 itu menyemburkan debu ke udara setinggi 10 km dan aliran lava sejauh 7 km dari puncaknya. Sedangkan awan pyroclasticnya meluncur sampai 13 km jauhnya.

Di tahun 1963 memang tidak ada peringatan terjadinya letusan seperti sekarang ini. Orang-orang baru mengerti ada bahaya ketika sudah ada di depan pintu rumah. Tak mengherankan ribuan orang menjadi korban gunung itu. Entah terkena lahar banas, tertimbun material letusan sampai terbawa oleh lahar dingin.

Saat itu penduduk yang berada di sekitar Gunung Agung sudah terbiasa dengan hujan debu dan gempa-gempa vuklanik. Hal seperti itu tak dirasakan sebagai bahaya ketika intesintasnya meningkat.

Bagi orang-orang tua yang merasakan kejadian tahun 1963, kemudian langsung mengungsikan diri ketika Gunung Agung menunjukan aktivitas yang tinggi. Apalagi pemerintah daerah sigap dengan proses evakuasi ini, sudah sejak tiga bulan yang lalu semua aparat bersiaga jika Gunung Agung meletus.

Ketika tahun itu kepanikan melanda hampir di semua pulau. Bahkan ada cerita dari orang-orang yang mengalami peristiwa di tahun 1963 itu, banyak orang yang lari ke pantai karena ada kabar yang mengatakan bahwa ada beberapa kapal yang mengangkut pengungsi ke pulau lain. (psr)