SELAMA pandemi COVID-19, ada satu lembaga yang namanya menjadi sering disebut, yaitu Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Lembaga ini merupakan bagian dari usaha pemerintah untuk menanggulangi pandemi di Indonesia dengan cara melakukan pemeriksaan sampel COVID-19 dan penelitian mengenai virus SARS-CoV-2.
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman adalah lembaga penelitian pemerintah yang bergerak di bidang biologi molekuler dan bioteknologi kedokteran. Sejak September 2021, nama Lembaga Biologi Molekuler Eijkman berubah menjadi Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman setelah terintegrasi ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Sebelum menilik peran besar lembaga ini selama pandemi, ada baiknya kita mengingat kembali sejarah. Pada 1888, Christiaan Eijkman mendirikan lembaga penelitian bernama Centraal Laboratorium van den Dienst der Volksgezondheid (Laboratorium Pusat Dinas Kesehatan Masyarakat).
Eijkman yang sempat mendapatkan Nobel kedokteran pada 1929 itu kemudian menyerahkan kepemimpinan kepada Prof Dr Achmad Mochtar. Di bawah kepemimpinannya, pada 1938, laboratorium itu berubah menjadi Lembaga Eijkman
Sejak 1960-an lembaga tersebut ditutup dan melebur dengan RS Cipto Mangunkusumo. Namun, pada 1990, Lembaga Eijkman kembali lahir berkat inisiatif BJ Habibie yang pada masa itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi. Eijkman baru resmi berdiri usai dirilisnya Surat Keputusan Nomor 475/M/Kp/VII/1992 tentang Pendirian Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Baca Juga:
Peran selama pandemi

Ketika pandemi COVID-19 mulai masuk Indonesia Lembaga Eijkman membuat tim khusus. Tim Waspada COVID-19 Lembaga Eijkman merupakan tim yang dibentuk untuk menghadapi pandemi. Tim ini merupakan tim gabungan dimana anggotanya merupakan bagian dari unit-unit kerja Lembaga Eijkman.
Sejak tanggal 16 Maret 2020, LBM Eijkman melakukan pemeriksaan sampel COVID-19. Salah satu metode untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2 adalah dengan menggunakan metode Quantitative Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR). Metode ini mempunyai kapasitas untuk mendeteksi 360 sampel per hari.
Sejak Lembaga Eijkman ditunjuk sebagai salah satu laboratorium pemeriksa diagnosa COVID-19, dalam kurun waktu 7 bulan ini telah diperiksa sebanyak lebih dari 35.000 spesimen.
Selain itu, Lembaga Eijkman juga melakukan penelitian whole genome sequencing SARS-CoV-2. Dengan banyaknya urutan genom virus SARS-CoV-2 akan diperoleh gambaran karakteristik virus ini. Data karakteristik virus SARS-CoV-2 bermanfaat untuk pengembangan obat dan vaksin COVID-19 di Indonesia.
Telah ada 2445 sekuens virus SARS-CoV-2 dari Lembaga Eijkman yang sudah diserahkan kepada Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).
Bukan hanya itu, LBM Eijkman juga ditunjuk sebagai lembaga yang memimpin pembuatan vaksin di Indonesia melalui konsorsium Riset dan Inovasi tentang COVID-19 dalam Kementerian Riset dan Teknologi melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional. (aru)
Baca Juga:
UGM Gandeng Perusahaan Farmasi untuk Pencegahan Kanker Nasofaring