Legislator Golkar Ingatkan Perajin Tempe-Tahu, Mogok Massal Bukan Jalan Keluar
MerahPutih.com - Lonjakan kenaikan harga kedelai yang memicu rencana adanya mogok massal pengrajin tahu tempe membuat Anggota Komisi IV DPR Firman Soebagyo angkat suara.
Politikus Partai Golkar itu pun meminta kepada pengrajin tahu tempe agar tidak mogok massal, karena hal itu bukanlah jalan keluar untuk mengantisipasi kenaikan kedelai itu.
Baca Juga:
Waketum PRIMA Minta Jokowi Usut Tuntas Kartel Kedelai
"Saya sampaikan bahwa perajin tahu tempe mogok itu bukan salah satu jalan keluar. Karena persoalan harga kedelai yang mengalami kenaikan fluktuatif yang cukup tinggi itukan ada beberapa penyebab," katanya kepada wartawan di Jakarta, Senin (21/2).
Firman pun menjabarkan, efek kenaikan kedelai, karena Amerika Serikat (AS) ditimpa musibah cuaca tidak menentu. Akibat cuaca tidak menentu itu juga biaya-biaya produksi juga setelah pandemi sudah slow down ini juga mulai meningkat semuanya.
"Jalan mogok bukan jalan keluar, yang ada sekarang Pemerintah kita desak untuk bagaimana mengatasi jangka pendeknya," ujarnya.
Menurut politikus partai berlambang pohon beringin ini, selama kedelai mengalami fluktuatif harga karena di negara sentra produksimengalami problem, pasti hilirnya mengalami hal yang sama.
"Karena sekarang ini, kalau terjadi gejolak jalan pintas pasti impor ini tidak menyelesaikan masalah, karena masalah kedelai naik bukan hanya sekali atau dua kali ini saja hampir setiap tahun terjadi," tegasnya.
Firman menilai, kenaikan harga kedelai dengan rencana aksi mogok oleh pengrajin tahu tempe bisa dimanfaatkan para importir untuk mencari keuntungan sehingga bisa menimbulkan gejolak harga.
Baca Juga:
Pembeli Luar Kota Berdatangan, Kedelai di Pasar Tradisional Yogyakarta Langka
"Oleh karena itu saya menyarankan agar tidak usah demo dan mengurungkan niatnya, malah saya khawatirkan ada kelompok-kelompok importir memanfaatkan ini supaya harga apapun impor saja. Karena ini akan terjadi gejolak harga," ujarnya.
Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR ini pun menyarankan kepada pengrajin tahu tempe untuk melakukan improvisasi atau memanipulasi besaran ukuran tempe.
"Saya sarankan dimanipulasi saja kalau dulu besaran tempe 50 gram diturunkan menjadi 35 atau 30 gram atau 40 gram itu bisa jadi pertimbangan agar psikologis mereka terjamin," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, para perajin tahu dan tempe di ibu kota yang tergabung dalam Puskopti DKI Jakarta berencana mogok produksi dan berjualan mulai 21 hingga 23 Februari 2022. Rencana tersebut tak lepas dari harga kedelai yang naik. (Pon)
Baca Juga:
Pimpinan DPR 'Ajari' Dua Menteri Atasi Meroketnya Harga Kedelai