KLAK! Klak! Klak! Suara keletak nan khas itu muncul ketika seorang anak mengayunkan mainan plastik favorit mereka. Bentuknya bulat dan digantung oleh tali, mirip dua bandulan yang saling dibenturkan satu sama lain. Belakangan mainan itu jadi tren di kalangan anak-anak seluruh Indonesia dan bahkan luar negeri.
Newton's Yo-yo namanya. Mungkin di sini kamu mengenalnya sebagai latto-latto. Mainan ini menyenangkan di mata anak-anak. Warnanya cerah, bisa bergerak cepat, berbunyi nyaring, dan menyenangkan.
Baca Juga:
Namun bagi orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya, mainan ini bagai benda keramat yang harus dimusnahkan. Berisik dan bunyi konstannya seakan tidak akan pernah berakhir. Walaupun memang dulu ketika masih kecil, kita suka memainkannya.
Mengacu dari laman The Washington Post, latto-latto adalah sebutan bagi dua bola kecil berbahan plastik yang digantung dan dikaitkan dengan satu gantungan sama di atasnya. Dengan sekali hentakan tangan, bola plastik itu akan memantul, memukul bola lainnya, dan begitu seterusnya.

Mainan ini sudah eksis sejak tahun 1970 hingga 1990-an. Kamu yang tumbuh besar di tahun itu pasti tidak asing dengan mainan ini. Namun, belakangan latto-latto jadi viral kembali karena sebuah unggahan video di TikTok. Baru-baru ini pun mainan legendaris tersebut ikut muncul di poster ucapan Hari Ibu Nasional milik Presiden Jokowi.
Awalnya, latto-latto diciptakan bukan sebagai mainan. Melainkan sebagai alat pembelajaran dari fisika. Bandulan plastik ini digunakan untuk menjelaskan pada anak mengenai hukum Newton 1 dan 3.
Hukum yang membahas tentang "Benda akan selalu mempertahankan keadaannya yang diam atau gerak lurus beraturan" dan "Benda menghasilkan efek aksi-reaksi". Namun, anak-anak nan kreatif di seluruh dunia akhirnya justru menemukan fungsi lain dari latto-latto, yaitu alat bermain.
Baca Juga:
Di Amerika Serikat pada akhir abad ke-20, permainan latto-latto menjadi sesuatu yang dilarang. Dalam aturan beberapa sekolah, siswa dilarang membawa mainan ini masuk. Jika ketahuan, latto-latto mereka akan langsung disita oleh guru dan dibuang.
Beberapa murid yang bandel akan menyembunyikan mainan mereka diam-diam di dalam saku. Ketika jam pulang sekolah, mereka akan pulang. Di saat itulah, suara keletak latto-latto akan memenuhi berbagai ruas jalanan.
Di masa kini, orang dewasa secara terang-terangan mengungkapkan rasa kesal mereka. Entah itu melalui lisan atau tulisan di internet. Kalau kamu berselancar di media sosial, kamu pasti akan sadar banyak pengguna yang mengeluhkan betapa berisiknya anak di dekat mereka ketika mengayunkan latto-latto.

Nah, puluhan tahun yang lalu, orang dewasa biasanya mengakali rasa kesal itu dengan menakut-nakuti anak mereka. Para orang tua akan bilang kalau terlalu banyak memainkan latto-latto, bisa membuat bola mata mereka jadi copot.
Faktanya, ungkapan orang tua itu tidak sepenuhnya salah. Pada 1973 silam, Consumer Product Safety Commision di Amerika Serikat mengeluarkan sebuah regulasi baru.
Mereka menyebut bahwa terkadang, bola latto-latto bisa lepas dari talinya dan melayang di udara. Jika sedang tidak beruntung, bola tersebut akan mengenai wajah orang lain atau bahkan anak itu sendiri.
Meski begitu, regulasi tadi sepertinya memang hanya berlaku di masa lalu. Sebab, dulu latto-latto terbuat dari bola berbahan logam yang digantung dengan senar. Tentu ini lebih berat dan berisiko untuk putus.
Latto-latto sekarang sudah jauh lebih aman karena terbuat dari plastik dan tali karet. Keselamatan bukan lagi jadi masalah. Hal yang jadi masalah tak berujung sekarang adalah bunyi keletaknya yang mengganggu. Sepertinya orang-orang dewasa harus tetap bersabar sampai tren mainan latto-latto ini berakhir. (mcl)
Baca Juga: