Latar Belakang Seni Reog Ponorogo dan Klana Swandana


Tarian Klana Swandono dalam seni Reog Ponorogo (MP/Widi Hatmoko)
MerahPutih Tradisi-Selain menampilkan tarian jatil, bujang ganong dan dadak merak, dalam seni Reog Ponorogo ternyata ada tarian yang memiliki sejarah penting terbentuknya kesenian khas Kabupaten Ponorogo ini, yaitu tarian Pangeran Klana Swandana, atau Klono Swandono.
Dalam ceritanya, Klana Swandana adalah raja dari Kerajaan Bandarangin di Wengker (sekarang Kabupaten Ponorogo), yang ingin mempersunting seorang putri cantik bernama Dewi Sanggalangit atau Dwi Songgolangit dari Kediri. Keinginannya mempersunting Dewi Sanggalangit ini tidak berjalan mulus, karena ada persyaratan yang harus dipenuhi. Selain itu, Klana Swandana juga harus bersaing dengan Raja Singobarong dari Kerajaan Lodaya. Selain sifatnya yang bengis dan kejam, Singobarong memiliki rupa menyerupai singa, dan mempunyai kebiasaan membawa seekor burung merak di kepalanya, untuk mematuk-matuk kutu di rambunya.

Ketua Dewan Kesenian Tangerang (DKT), yang juga maestro seni Reog Ponorogo di Tangerang Soedjarwo, mengungkapkan, dalam kisah Klana Swandana ini, untuk bisa mempersiteri Dewi Sanggalangit harus bisa menampilkan sebuah pertunjukan tarian spektakuler yang belum pernah ada kala itu.
"Jadi, tidak hanya sekadar pertunjukan tarian yang belum pernah ada, tapi juga ada syarat-syaratnya. Seperti harus ada musik gamelan, atraksi pertunjukan juga harus bisa menghadirkan kuda kembar yang berbaris dan nantinya jadi pengiring pengantin, dan di belakangnya harus ada seekor binatang berkepala dua," papar Soedjarwo kepada merahputih.com, Kamis (29/12).
Soedjarwo juga menuturkan, untuk mendapatkan persyaratan tersebut bukanlah hal yang mudah. Sehingga, ia mengerahkan seluruh prajurit Bandarangin untuk bisa mengumpulkan kuda-kuda kembar, sebagai persyaratan. Setelah memenuhi persyaratan kuda kembar, terjadilah konflik dengan raja Singobarong. Kelicikan Singobarong ingin menguasai pesyaratan yang sudah diperoleh Klana Swandana mendapat perlawaan hebat. Sampai akhirnya, terjadi perkelahian yang sangat seru antara Klana Swanda dengan Singobarong.

"Dalam perkelahian ini raja Singobarong kalah terkena cambuk sakti, yaitu pecut samandiman milik Klana Swandana. Singobarong kalah, dan burung merak yang biasa berada di kepalanya, melekat dan menempel, sehingga raja Singobarong menyerupai binatang berkapala dua, yaitu kepala singa dan merak," katanya.
Oleh Pangerang Klana Swandana, Raja Singobarong yang berubah wujud berkepala singa dan diatasnya terdapat burung merak ini dijadikan sebagai pelengkap persyaratan untuk melamar Dewi Sanggalangit. Dari situlah, iring-iringan kuda kembar dengan musik gamelan dengan khas terompet kayu, serta Singobarong dan merak di kepala dijadikan sebagai salah satu seni tari tradisi Reog Ponorogo. Singobarong digambarkan dengan tarian dadak merak dan iring-iringan kuda adalah tarian jatil."Kalau tarian bujang ganong ini, sebenarnya menggambarkan seorang patih, yaitu patih dari Klana Swandana yang cerdik, dan lincah," katanya.
Bagikan
Widi Hatmoko
Berita Terkait
Reog Ponorogo Unjuk Gigi di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta

Reog Ponogoro Resmi Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO

Pertunjukan Seni Akbar Reog Ponorogo yang Dahulu Ditakuti Penjajah
