MerahPutih.com - Indonesia diklaim mengalami perkembangan ekonomi yang sangat baik walaupun dihantam lonjakan kasus COVID-19, pada pertengahan tahun 2021 lalu.
"Kalau kita lihat yang berkaitan dengan ekonomi negara, pemulihan ekonomi kita ini cukup kuat neraca dagang surplus USD 34,4 miliar dalam 19 bulan. Surplus terus, belum pernah alami seperti ini," ujar Presiden Joko Widodo saat menghadiri pembukaan Perdagangan BEI Tahun 2022 melalui Youtube, Senin (3/1).
Baca Juga:
Masih Tambal Sulam, Revisi UU Minerba Diminta Lebih Transparan
Jokowi memaparkan, ekspor Indonesia naik dari tahun ke tahun dengan nilai 49,7 persen, impor juga naik dengan bahan baku penolong 52,6 persen.
"Ekspor Indonesia naik setinggi itu, karena adanya aturan menghentikan ekspor material, ekspor bahan mentah. Dari minerba yaitu nikel yang saya lihat biasanya USD 1 sampai 2 miliar kemarin akhir tahun sudah hampir mencapai USD 20,8 miliar," papar dia.
Jokowi menegaskan, keberanian untuk menyetop ekspor minerba hasilnya sangat kelihatan. Oleh sebab itu Indonesia akan melanjutlan dengan stop toksik, stop tembaga, stop timah dan lain lainnya.
Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta ini, kebijakan hilirisasi menjadi kunci kebaikan ekspor Indonesia. Selain itu, daya saing naik tiga peringkat dalam posisi yang sangat berat seperti 2021 lalu dari serangan COVID-19.
Jokowi menegaskan, tahun 2021 merupakan tahun paling berat bagi Indonesia seiring hantaman kasus COVID-19 varian Delta.
"Tahun 2021 merupakan tahun yang kalau kita ingat atau tahun yang betul betul sangat sulit, tahun yang tidak mudah, tahun yang tidak gampang," kata Jokowi.
Di pertengahan bulan Juli 2021 lalu dengan masuknya varian Delta, kasus harian masyarakat yang tepapar COVID-19 di Indonesia mencapai 56 ribu per hari.
"Itulah saat yang betul betul saya ingat kengerian yang ada ke ngerian. Karena di lorong-lorong rumah sakit di halaman rumah sakit semuanya penuh dengan pasien COVID-19," ucap Jokowi.
Namun, berkat kerja keras pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi COVID-19, pada 2 Januari 2022, dari 56.000 di pertengahan Juli, kasus COVID-19 turun tajam berada di angka 174 kasus per hari.
"Angka ini harus dijaga dan masyarakat perlu tetap melaksanakan protokol kesehatan (prokes). Inilah yang harus kita syukuri dan kita jaga, agar tidak terjadi kasus seperti tahun 2021 di pertengahan Juli," paparnya.
Mantan Walikota Solo ini menuturkan, patut bersyukur juga bahwa negara Indonesia dihitung dari jumlah total populasi, berada di angka 1,6 persen, dengan jumlah 4,26 juta.
"Amerika itu 16,8 (juta) Brasil 10,5 (juta), Rusia 7,2 (juta), India 2,5 (juta). Peringkat kita di 147 dari 220 negara, ini patut kita syukuri," katanya. (Asp)
Baca Juga:
Revisi UU Minerba Harus Dorong Investasi dan Cegah Relaksasi