MerahPutih.com - Para pembantu presiden dan lingkaran Istana, diminta untuk tidak meneruskan wacana penundaan pemilu. Sesuai kesepakatan Pemilu Serentak 2024, sudah disepakati antara pemerintah dan DPR, 14 Februari 2022.
Ketua DPD RI, LaNyalla Mattalitti, kembali mengingatkan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, untuk tidak meneruskan polemik penundaan pemilu 2024. Menurutnya, polemik tersebut bisa memicu kemarahan publik.
Baca Juga:
Survei SMRC Ungkap Mayoritas Publik Tolak Ide Penundaan Pemilu
"Demi kebaikan bangsa dan negara, saya ingatkan agar Menko Luhut tidak meneruskan polemik ini. Selain melanggar aturan benegara, polemik ini membahayakan bangsa Indonesia. Indikasi kemarahan publik mulai terlihat jika ini diteruskan," ujarnya, Minggu (3/4).
Senator asal Jawa Timur ini juga mengingatkan, berdasarkan analisa Big Data yang dimiliki, kecenderungan masyarakat senang dengan deklarasi Jokowi 3 periode turun dari 28 persen menjadi 23 persen.
"Dukungan yang dilakukan oleh beberapa kepala desa kemarin, agar pemerintahan Joko Widodo dilanjutkan menjadi tiga periode justru menurunkan tingkat kegembiraan masyarakat hanya pada posisi 23 persen dari sebelumnya 28 persen untuk isu yang sama," terang LaNyalla.
Menurut LaNyalla, saat bersamaan sentimen publik tengah diaduk-aduk oleh persoalan ekonomi.
"Dari pantauan Big Data DPD RI, naiknya harga-harga kebutuhan pokok dan rencana kenaikan LPG 3 KG meningkatkan perasaan takut masyarakat sebesar 10 persen," kata LaNyalla.

Ia menyampaikan, ada potensi peningkatan kemarahan publik soal deklarasi Jokowi 3 periode.
"Bulan Maret lalu saya sudah ingatkan Luhut soal klaim 110 juta pengguna media sosial membahas penundaan pemilu 2024 dan adanya potensi kemarahan publik. Saat itu, skor emosi marah publik mencapai angka 8 persen. Saat ini skor marah publik meningkat menjadi 12 persen," katanya.
LaNyalla menyebut, jika skor potensi kemarahan publik ini terus meningkat, tidak tertutup kemungkinan aksi turun ke jalan akan meluas.
"Kita lihat mahasiswa mulai bergerak turun ke jalan. Ini menunjukkan jika indikator yang dipakai oleh DPD RI bersesuaian dengan fakta di lapangan. Jika rencana penundaan pemilu 2024 terus digulirkan, tingkat kemarahan publik bisa makin meluas, ” tutup LaNyalla. (Pon)
Baca Juga:
Sekjen PAN Bicara soal Target di Pemilu dan Sosok Capres 2024