\r\n

Tak hanya itu, seratus lebih kapal perang dengan kapasitas 400 sampai 500 orang disiagakan untuk memperkuat armada tempur tersebut. Setiap kapal perang dilengkapi dengan meriam. Bahkan kapal paling besar dilengkapi lima meriam. Pasukan Inong Balee bentukan Laksamana Malahayati pun tidak melulu berisi para janda, tetapi gadis-gadis muda juga ikut bergabung. Singkatnya, laskar Inong Balee bentukan Laksamana Malahayati membuat berbagai armada asing merinding ketakutan saat melintas di perairan Selat Malaka.

\r\n

Uji sepak terjang Malahayati dengan laskar Inong Balee pun tiba. Pada 21 Juni 1599, pasukan ekspedisi VOC yang berbendera Belanda tiba di Aceh. Rombongan yang dipimpin Cornelis de Houtman mulanya disambut baik. Armada VOC menyamarkan kapal perang mereka menjadi kapal dagang.

\r\n

Armada perang VOC yang menyamar sebagai pedagang tersebut menyerbu pelabuhan Aceh. Malahayati beserta segenap laskar Inong Balee pun melakukan serangan balik. Mereka menghajar habis-habisan armada perang VOC. Hal tersebut diungkapkan oleh seorang penulis wanita, Marie van Zeggelen, dalam bukunya \"Oud Glorie, menulis.” Di kapal Van Leeuw telah dibunuh Cornelis de Houtman dan anak buahnya oleh Laksamana Malahayati sendiri. Cornelis de Houtman sendiri tewas ditangan Malahayati lewat duel satu lawan satu di geladak kapal pada 11 September 1599.

\r\n

Berdasarkan sumber catatan dari seorang nahkoda kapal Belanda yang berkebangsaan Inggris, John Davis, pernah mengungkapkan fakta bahwa pada masa kepemimpinan militer Laksamana Malahayati, Kesultanan Aceh memiliki perlengkapan armada laut. Malahayati digambarkan pula sebagai sosok yang tegas dan sigap mengkoodinir pasukannya di laut serta mengawasi berbagai pelabuhan yang berada di bawah penguasaan syahbandar, serta secara seksama mengawasi kapal-kapal jenis milik Kesultanan Aceh Darussalam. (Man)

BACA JUGA:

\r\n
  1. Mengungkap Sosok Wanita Hebat di Belakang Pangeran Diponegoro
  2. \r\n
  3. Penyair Perempuan Rayakan Hari Kartini dengan Puisi di Tembi
  4. \r\n
  5. Perlawanan Terakhir Srikandi Nusa Laut, Martha Christina Tiahahu
  6. \r\n
  7. Martha Christina Tiahahu Menari Di Tengah Hujan Peluru
  8. \r\n
  9. Kesetiaan Nenek Normi Memulung Sampah
  10. \r\n
","publisher":{"@type":"Organization","logo":{"@type":"ImageObject","url":"https://merahputih.com/themes/2022/img/logo/shortcut-icon.png","width":192,"height":60},"name":"MerahPutih"},"mainEntityOfPage":"https://merahputih.com/post/read/laksamana-malahayati-wanita-penguasa-selat-malaka","name":"Laksamana-Malahayati-Wanita-Penguasa-Selat-Malaka","url":"https://merahputih.com/post/read/laksamana-malahayati-wanita-penguasa-selat-malaka","dateCreated":"2016-04-19T05:02:13+07:00"}

Laksamana Malahayati, Wanita Penguasa Selat Malaka

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Selasa, 19 April 2016
Laksamana Malahayati, Wanita Penguasa Selat Malaka
Ilustrasi Laksamana Malahayati (MerahPutih/Alfi Rahmadhani)

MerahPutih Nasional - Sejarah mencatat bahwa Aceh dalam abad ke-16 telah melahirkan tokoh emansipasi wanita tidak sekedar dalam teori melainkan dalam praktik. Terlebih jika kita menilik perjalanan sejarah panjang dunia maritim negara ini, kita bakal menemukan nama perempuan hebat yang mengharumkan bangsa ini yakni Laksamana Malahayati.

Terlahir dengan nama asli Keumalahayati, wanita hebat tersebut merupakan putri dari Laksamana Mahmud Syah bin Laksamana Muhammad Said Syah. Karenanya, tak heran jika Malahayati akrab dengan dunia maritim, termasuk soal dunia kemiliteran hingga pertempuran.

Sejak usia belia, Malahayati mendapat pendidikan akademi militer dan memperdalam ilmu kelautan di Mahad Baitul Makdis, sebuah pusat pendidikan tentara Aceh. Konon di sana pula Malahayati berkenalan dengan seorang perwira muda yang kemudian menjadi suaminya.

Lulus dari gemblengan di Akademi Mahad Baitul Makdis, prestasi Malahayati tersebar di lingkungan istana. Sultan Alauddin Riayat Syah al-Mukammil pada masa pemerintahan 1589 M - 1604 M mengangkat Malahayati sebagai komandan protokol Istana Darud-Dunia di Kesultanan Aceh Darussalam.

Setelah suaminya gugur dalam pertempuran melawan Portugis di Selat Malaka, Malahayati memohon kepada Sultan al-Mukammil, raja Aceh yang berkuasa dari 1596 - 1604, untuk membentuk armada perang. Malahayati membentuk pasukan bernama Inong Balee yang merupakan para janda pejuang Aceh yang gugur dalam pertempuran di Selat Malaka tersebut.

Malahayati pun secara bertahap merekrut 2.000 orang untuk memperkuat laskar Inong Balee dengan bermarkas di Teluk Lamreh Kraung Raya. Benteng Kuto Inong Balee dengan tinggi sekitar tiga meter dibangun. Lengkap dengan meriam.

Tak hanya itu, seratus lebih kapal perang dengan kapasitas 400 sampai 500 orang disiagakan untuk memperkuat armada tempur tersebut. Setiap kapal perang dilengkapi dengan meriam. Bahkan kapal paling besar dilengkapi lima meriam. Pasukan Inong Balee bentukan Laksamana Malahayati pun tidak melulu berisi para janda, tetapi gadis-gadis muda juga ikut bergabung. Singkatnya, laskar Inong Balee bentukan Laksamana Malahayati membuat berbagai armada asing merinding ketakutan saat melintas di perairan Selat Malaka.

Uji sepak terjang Malahayati dengan laskar Inong Balee pun tiba. Pada 21 Juni 1599, pasukan ekspedisi VOC yang berbendera Belanda tiba di Aceh. Rombongan yang dipimpin Cornelis de Houtman mulanya disambut baik. Armada VOC menyamarkan kapal perang mereka menjadi kapal dagang.

Armada perang VOC yang menyamar sebagai pedagang tersebut menyerbu pelabuhan Aceh. Malahayati beserta segenap laskar Inong Balee pun melakukan serangan balik. Mereka menghajar habis-habisan armada perang VOC. Hal tersebut diungkapkan oleh seorang penulis wanita, Marie van Zeggelen, dalam bukunya "Oud Glorie, menulis.” Di kapal Van Leeuw telah dibunuh Cornelis de Houtman dan anak buahnya oleh Laksamana Malahayati sendiri. Cornelis de Houtman sendiri tewas ditangan Malahayati lewat duel satu lawan satu di geladak kapal pada 11 September 1599.

Berdasarkan sumber catatan dari seorang nahkoda kapal Belanda yang berkebangsaan Inggris, John Davis, pernah mengungkapkan fakta bahwa pada masa kepemimpinan militer Laksamana Malahayati, Kesultanan Aceh memiliki perlengkapan armada laut. Malahayati digambarkan pula sebagai sosok yang tegas dan sigap mengkoodinir pasukannya di laut serta mengawasi berbagai pelabuhan yang berada di bawah penguasaan syahbandar, serta secara seksama mengawasi kapal-kapal jenis milik Kesultanan Aceh Darussalam. (Man)

BACA JUGA:

  1. Mengungkap Sosok Wanita Hebat di Belakang Pangeran Diponegoro
  2. Penyair Perempuan Rayakan Hari Kartini dengan Puisi di Tembi
  3. Perlawanan Terakhir Srikandi Nusa Laut, Martha Christina Tiahahu
  4. Martha Christina Tiahahu Menari Di Tengah Hujan Peluru
  5. Kesetiaan Nenek Normi Memulung Sampah
#Sosok Menginspirasi #Pantai Pagatan #Kesultanan Aceh Darussalam #Laksamana Malahayati
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.
Bagikan