La Nina Menerjang, Hindari Berteduh di Bawah Pohon dan Reklame

Alwan Ridha RamdaniAlwan Ridha Ramdani - Selasa, 03 November 2020
La Nina Menerjang, Hindari Berteduh di Bawah Pohon dan Reklame
Ilustrasi Hujan. (Foto: MP/Ismail).

MerahPutih.com - Badan Meteorologi, Klimatalogi dan Geofisika (BMKG) menyebut siklon tropis Goni telah berkembang menjadi siklon tropis kuat kategori 5 harus diwaspadai karena bisa memicu gelombang tinggi perairan, hujan lebat, dan angin kencang di sejumlah daerah di Indonesia. Bahkan dampak langsung siklon tersebut berupa bencana banjir, longsor dan angin kencang di Filipina.

Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatalogi dan Geofisika (BMKG) Herizal mengatakan, siklon tropis Goni terbentuk di Samudera Pasifik barat dan diprediksikan jalur lintasannya menuju Laut Cina Selatan (LCS) hingga beberapa hari ke depan setelah melewati Filipina.

"Siklon tropis Goni merupakan Siklon tropis ke-3 yang berdampak signifikan bagi sejumlah negara-negara Asia Tenggara di sekitar Laut Cina Selatan setelah Siklon tropis Saudel dan Molave,” ujar Herizal dalam keteranganya, Selasa (3/11).

Baca Juga:

Tes Cepat COVID-19 di Lokasi Wisata Jabar, Ratusan Orang Reaktif

Herizal mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang terhadap berita-berita yang tidak benar terkait badai tropis yang dianggap sama dengan fenomena La Nina ini. Namun, diharapkan tetap waspada dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak La Nina yaitu dengan ancaman banjir, banjir bandang, dan longsor akibat curah hujan ekstrem.

Ia meminta masyarakat bisa berpartisipasi dengan memperbaiki saluran air, meningkatkan kapasitas tampungan air dan memanen hujan. Serta memangkas ranting pohon yang berlebih ataupun rapuh, berhati-hati dan memperhatikan tingkat kekuatan papan reklame dan jembatan penyeberangan.

"Termasuk lebih perhatian terhadap perkembangan cuaca yang dinamis dan cepat,” ucapnya.

Selama Oktober 2020, telah terjadi 7 siklon di Samudera Pasifik Barat dan Laut Cina Selatan. Sementara rata-rata klimatologis kejadian siklon tropis untuk Oktober adalah 3-4 kejadian.

Di antaranya TC Chan-hom (2 Oktober), TS Linfa (9 Oktober), TS Nangka (11 Oktober), Depresi Tropis Ofel (13 Oktober), TC Saudel (16 Oktober), Depresi Tropis 20 W (19 Oktober), TC Molave (23 Oktober), TC Goni (27 Oktober), TS Atsani (28 Oktober).

TC adalah tropical cyclone (siklon tropis) sedangkan TS adalah tropical storm (badai tropis). Keduanya adalah jenis badai tropis namun berbeda tingkatan, dimana jenis siklon tropis (TC) memiliki luasan pusaran dan kecepatan angin yang lebih kuat daripada jenis tropical storm (TS).

Herizal menyebut, sejumlah studi menyebutkan ada hubungan antara jumlah siklon tropis di Samudera Pasifik Barat dan Laut Cina Selatan dengan kejadian La Nina yang sedang berlangsung.

Cuaca Jakarta
Ilustrasi cuaca Jakarta. (Foto: Antara).

"Namun perlu dipahami masyarakat bahwa La Nina bukanlah jenis badai tropis, bukan berupa pusat tekanan rendah dan pusaran angin yang menyebabkan curah hujan dan kecepatan angin ekstrem,” bebernya.

La Nina adalah kondisi penyimpangan (anomali) suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin daripada kondisi normalnya, dan diikuti oleh penguatan aliran angin pasat timur.

Dimana La Nina terjadi dalam skala waktu beberapa bulan hingga tahun, dan memengaruhi cuaca/iklim global berupa kondisi lebih basah/kering, lebih hangat/dingin, dan dinamika cuaca lainnya yang berbeda di tiap wilayah di dunia.

“Sedangkan badai atau siklon tropis adalah fenomena ekstrem gangguan cuaca dalam skala ratusan kilometer yang memiliki dampak bersifat regional baik dampak langsung maupun tidak langsung, dan berlangsung dalam beberapa hari,” jelasnya.

Herizal mengatakan secara teoritis, badai atau siklon tropis umumnya hanya bisa berkembang dan menguat di wilayah tropis di luar 10 derajat lintang utara atau selatan.

Hal ini dikarenakan secara fisis pembentukan siklon dapat terjadi bila memenuhi syarat anomali suhu muka laut yang lebih hangat dibanding wilayah sekitarnya dan umumnya di atas 28 derajat celcius dan adanya potensi pusaran yang besar karena pengaruh gaya korioli. Gaya korioli di wilayah Indonesia umumnya bernilai kecil karena dekat dengan garis ekuator.

"Sehingga relatif lebih kecil peluang terjadinya Siklon Tropis di Indonesia,” bebernya. (Knu)

Baca Juga:

Pekerja Positif COVID-19, Obyek Wisata Umbul Ponggok Ditutup

#La Nina #BMKG
Bagikan
Bagikan