MerahPutih.com - Paus Fransiskus menghadiri Kongres VII Para Pemimpin Dunia dan Agama Tradisional (VII Congress of the Leaders of World and Traditional Religions). Kongres ini diselengarakan di Kazakstan. Kunjungan Paus ini untuk pertama kalinya dan bertepatan dengan peringatan 30 tahun hubungan Kazakhstan-Vatikan.
Presiden Kassym-Jomart Tokayev menyambut kunjungan Paus Fransiskus ke negara tersebut, bersama dengan perwakilan masyarakat sipil dan korps diplomatik di Nur Sultan, Selasa (13/9).
Baca Juga:
Paus Fransiskus Semakin Dekat untuk Berkunjung ke Indonesia
"Paus Fransiskus melakukan kunjungan apostolik ke Kazakhstan untuk pertama kalinya. Kami sangat mementingkan acara ini, karena pertemuan hari ini dirancang untuk meningkatkan kerja sama kita di berbagai bidang ke tingkat yang baru," ujar Presiden Tokayev, seperti dikutip situs resmi Presiden Kazakhstan, Rabu (14/9).
Tokayev memuji upaya Paus Fransiskus yang tak kenal lelah dan berdedikasi atas nama umat manusia di seluruh dunia.
"Anda telah tiba di Kazakhstan pada titik kritis dalam sejarah manusia. Saya percaya sudah saatnya bagi kaum moderat dari berbagai budaya dan agama untuk menyatukan kebijaksanaan dan energi mereka," kataya.
Pemimpin Kazakhstan itu mencatat bahwa selama 30 tahun kemerdekaan, Kazakhstan telah menerapkan model kesepakatan antar-etnis dan antar-agamanya, berdasarkan prinsip persatuan dalam keanekaragaman.
"Hari ini, Kazakhstan adalah rumah kebanggaan bagi komunitas Katolik terbesar di Asia Tengah. Umat Kristen, bersama dengan orang beragama lainnya, berkontribusi kuat untuk membangun Kazakstan yang adil, di mana koeksistensi, toleransi, dan saling menerima berkembang,"ujarnya.
Paus Fransiskus menyatakan kepuasannya berkunjung ke Kazakhstan yang dia anggap sebagai peziarahan damai untuk mencari dialog dan persatuan.
"Seperti kata pepatah lokal, awal dari kesuksesan adalah persatuan. Ini tentu penting di mana-mana, tetapi terutama di sini." katanya.
Ia memaparkan, hampir ada seratus lima puluh kelompok etnis dan lebih dari delapan puluh bahasa di negara Kazakstan.
"Ini adalah orang-orang dengan sejarah, budaya, dan tradisi agama yang berbeda, yang bersama-sama membentuk simfoni yang luar biasa dan menjadikan Kazakhstan sebagai laboratorium unik multietnis, multikultural, dan multi-pengakuan," kata Paus.
Fransiskus memuji keputusan Tokayev untuk menghapuskan hukuman mati di Kazakhstan. Hal itu merupakan penegasan nilai kehidupan manusia atas nama hak untuk berharap, bagi setiap manusia.
Paus menyerukan peningkatan upaya diplomatik untuk mempromosikan dialog, yang diperlukan di tengah ketegangan geopolitik saat ini.
"Saatnya belajar untuk tidak memperburuk permusuhan dan berhenti memperkuat blok lawan. Kita membutuhkan pemimpin yang di tingkat internasional dapat mempromosikan saling pengertian dan dialog antar masyarakat, dan menghidupkan kembali semangat Helsinki, memperkuat multilateralisme, membangun dunia yang lebih stabil dan damai, merawat generasi baru." katanya dikutip Antara. (*)
Baca Juga:
Alasan Menag Yaqut Undang Paus Fransiskus ke Indonesia