Kumbang Kolombia Diekspor ke Jepang dengan Bantuan Cryptocurrency

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Rabu, 10 November 2021
Kumbang Kolombia Diekspor ke Jepang dengan Bantuan Cryptocurrency
Cryptocurrency tersebut dinamai Kmushicoin, berdasarkan nama kumbang bertanduk panjang. (Foto: nippon.com)

PENGEKSPOR kumbang bertanduk panjang Kolombia telah menciptakan cryptocurrency sendiri untuk menghindari komisi tinggi pada penjualan internasional.

"Ini adalah alternatif untuk dapat mengekspor kumbang ke Jepang atau bagian lain dunia dan dapat menggunakannya sebagai metode pembayaran," kata Carmelo Campos, kepala programer Tierra Viva, yang berbasis di pusat Kota Andes, Tunja seperti diberitakan Reuters.

Baca Juga:

Dogecoin dan Shiba Inu, Cryptocurrency yang Terinspirasi Anjing Shiba

Perusahaan tersebut mengekspor spesies kumbang Hercules, Neptunus, dan kumbang gajah yang harganya bisa mencapai USD 300 atau sekitar Rp 4,2 juta sepasang di Tokyo. Komisi penjualan dapat mencapai 10 persen dari nilai ekspor. Angka tersebut memotivasi Tierra Viva untuk menciptakan mata uang digital atau virtual.

Cryptocurrency tersebut dinamai Kmushicoin, berdasarkan nama kumbang bertanduk panjang Kabutomushi dalam bahasa Jepang. Mata uang digital ini diterima sebagai pembayaran oleh sekitar 220 bisnis di Tunja, termasuk restoran, toko pakaian, kafe, dan toko hardware.

Kmushicoin digunakan dalam ekspor kumbang Kolombia untuk menghindari komisi penjualan internasional. (aapks.com)

Tierra Viva menggunakan persentase dari semua penjualannya untuk membeli kembali koin tersebut, kata Campos. Kmushicoin bernilai 0,30 sen atau sekitar Rp 1.362 ketika dibuat pada 2019. Cryptocurrency itu diperdagangkan pada USD 1,84 atau sekitar Rp 26 ribu pada hari Selasa (9/11).

"Tujuan kami adalah untuk dapat menggunakannya sebagai metode pembayaran di tingkat nasional," kata Campos. Dia menambahkan penyedia listrik telah bertanya apakah pelanggannya dapat membayar tagihan mereka dengan Kmushicoin.

Kumbang Kolombia yang dapat tumbuh seukuran tangan orang dewasa dan hidup hingga 17 bulan itu diberi makan sisa sayuran dan buah sebagai larva. Kumbang yang juga jadi hewan peliharaan populer untuk anak-anak Jepang ini menghasilkan pupuk dan dijual di Tierra Viva.

Baca Juga:

Cryptocurrency yang Menjanjikan Keuntungan

"Secara keseluruhan, termasuk semua tahap metamorfosis, kami dapat memiliki lebih dari 50 ribu kumbang yang memainkan peran mereka dalam perusahaan kami," kata pendiri Tierra Viva, German Viasus.

Tierra Viva menggunakan persentase dari semua penjualannya untuk membeli kembali Kmushicoin. (Foto: kmushicoin.co)

Pada 24 Agustus 2019, perusahaan mengembangkan Kmushicoin dengan blockchainnya sendiri dengan total pasokan awal 20 juta KTV. Jaringan beroperasi pada konsensus hibrida yang terdiri dari mekanisme proof-of-work dan proof-of-stake. Namun, hanya pemangku kepentingan yang berhak memblokir hadiah, dan penambang hanya dapat menerima biaya transaksi sebagai pertimbangan atas upaya mereka.

Tierra Viva mengklaim pengaturan ini dirancang untuk mendisinsentifkan penambangan karena dampak lingkungannya. Menurut CoinGecko, Kmushicoin hanya tersedia untuk diperdagangkan di bursa CREX24, yang tidak mendukung klien Amerika Serikat.

Kolombia muncul sebagai pusat lokal untuk adopsi cryptocurrency. Pada September, negara tersebut menginvestasikan lebih dari USD 30. ribu atau sekitar Rp 428 juta untuk mengembangkan aplikasi gamified yang mensimulasikan crypto dan perdagangan saham untuk pelajar muda. Awal tahun ini, bank komersial tertua di Kolombia mulai mengeksplorasi layanan terkait cryptocurrency. (aru)

Baca Juga:

Regulasi Aset Kripto: Bitcoin dan Crypto LEGAL di Indonesia!

#Teknologi #Cryptocurrency
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.
Bagikan