MerahPutih.com - Pasukan khusus Guinea dikabarkan telah menggulingkan Presiden Alpha Conde mengklaim telah membubarkan pemerintah dan konstitusi. Pasukan juga menutup perbatasan darat dan udara negara itu.
Pemimpin pasukan elite Mamady Doumbouya mengatakan, kemiskinan dan korupsi yang mewabah, mendorong pasukannya melengserkan Conde dari kursi presiden.
Baca Juga:
Suu Kyi Akhirnya Muncul di Sidang Setelah 4 Bulan Militer Lakukan Kudeta
"Kami telah membubarkan pemerintah dan institusi-institusi. Kami akan menulis ulang konstitusi bersama-sama," kata mantan legiun asing Prancis itu.
Dalam upaya kudeta tersebut, baku tembak terjadi di dekat kediaman presiden di ibu kota Conakry. Beberapa jam kemudian, video-video beredar di media sosial yang memperlihatkan Conde tengah berada dalam sebuah ruangan dan dikelilingi anggota pasukan khusus angkatan darat.
Conde memenangi masa jabatan ketiga pada Oktober setelah mengubah konstitusi yang membolehkan dirinya menjabat lagi. Langkah itu memicu aksi-aksi protes dengan kekerasan dari kubu oposisi.
Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintah telah menaikkan pajak secara drastis untuk mengisi kas negara dan meningkatkan harga bahan bakar sebanyak 20 persen yang menyulut kemarahan di mana-mana.
![Guinean President Alpha Conde [Foto: Sudanspost].](https://merahputih.com/media/91/8d/79/918d79f8c5f40c2f09421091bd188619.jpg)
Amerika Serikat mengatakan, kekerasan dan tindakan apapun di luar konstitusi hanya akan mengikis prospek perdamaian, stabilitas dan kemakmuran Guinea dan akan membatasi kemampuan AS dan mitra internasional lain untuk mendukung Guinea saat negara itu bergerak menuju persatuan nasional dan masa depan rakyat Guinea yang lebih cerah.
Sumber-sumber di kalangan militer mengatakan presiden dibawa ke sebuah lokasi rahasia. Mereka juga mengatakan bahwa pasukan Doumbouya telah melakukan sejumlah penangkapan, termasuk pada pejabat senior pemerintah.
Junta militer mengatakan Conde tidak disakiti, keselamatannya dijamin dan diberi akses untuk mendapat perawatan dokter. Para menteri dan kepala institusi diundang ke pertemuan Senin (6/9) pagi di parlemen.
"Siapa pun yang tidak hadir akan dianggap sebagai pemberontak melawan CNRD," kata mereka merujuk pada National Rally and Development Committee (CNRD), nama kelompok mereka.
Pemimpin oposisi utama Guinea, Cellou Dalein Diallo, membantah rumor bahwa dia ikut ditahan.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk keras "setiap pengambilalihan pemerintah dengan kekuatan" dan mendesak agar Conde dibebaskan segera.
Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) mengancam untuk memberi sanksi menyusul peristiwa yang menurut ketua mereka, Presiden Ghana Nana Akufo-Addo, sebagai percobaan kudeta.
Uni Afrika mengatakan mereka akan menggelar pertemuan darurat dan mengambil "tindakan yang tepat".
Kementerian luar negeri Nigeria, kekuatan paling dominan di kawasan itu, menyerukan agar Guinea kembali pada tatanan konstitusional, dikutip Antara. (*)
Baca Juga:
Taliban Janji Bersikap Moderat, Buya Syafii: Kita 'Wait and See' Dulu