MerahPutih.com - Mundurnya pasukan Rusia dari wilayah Bucha, Ukraina, yang berjarak sekitar 37 kilometer dari Ibu Kota Kiev, mengejutkan berbagai pihak karena ditemukan kuburan massal dan mayat warga sipil di jalanan kota tersebut.
Dilansir Antara, gambar-gambar dari satelit menunjukkan adanya parit sepanjang 45 kaki (13,7 meter) yang digali di lahan gereja tempat kuburan massal ditemukan pekan ini.
Baca Juga:
Gudang BBM di Rusia Meledak, Moskow Tuding Serangan dari Ukraina
Perusahaan AS Maxar Technologies, yang mengumpulkan dan menerbitkan citra-citra satelit Ukraina mengatakan, tanda-tanda pertama penggalian kuburan massal di Gereja St. Andrew & Pyervozvannoho All Saints terlihat pada 10 Maret.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperingatkan lewat video, jika daerah tersebut dipasang banyak ranjau.
Dinas Kedaruratan Ukraina mengatakan, lebih dari 1.500 peledak ditemukan dalam sehari selama pencarian di desa Dmytrivka, sebelah barat ibu kota.
Kementerian Rusia tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar atas tuduhan ranjau itu. Media Reuters dilansir Antara, tidak bisa memastikannya secara independen.
Baca Juga:
Inggris Bakal Perkuat Ukraina dengan 6.000 Rudal dan Dana Rp 568,4 Miliar
Ukraina menuduh Rusia melakukan "pembantaian" di Bucha, salah satu kota yang direbut kembali oleh tentara Ukraina ketika pasukan Rusia pergi untuk bertempur di wilayah timur. Namun, Rusia membantah tuduhan itu dan menyebutnya sebagai "provokasi" Ukraina.
Namun, media belum dapat memverifikasi gambar-gambar tersebut. Tetapi, Wali Kota Bucha mengatakan, 300 warganya telah tewas selama kota itu diduduki oleh Rusia.
Pada Minggu (3/4), intelijen militer Inggris mengatakan pertempuran sengit berlanjut di Mariupol saat pasukan Rusia berusaha merebut kota itu.
"Kota ini terus menjadi sasaran serangan yang gencar dan membabi buta, tapi Pasukan Ukraina tetap melakukan Perlawanan yang gigih, mempertahankan kendali di wilayah-wilayah pusat," kata Kementerian Pertahanan Inggris.(*)
Baca Juga:
Presiden Ukraina Zelenskyy Mengaku Kesulitan Berunding dengan Rusia