MerahPutih.com - Pertemuan Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali diharapkan mampu mencari jalan untuk menghadapi krisis pangan dunia. Sebab, saat ini krisis pangan sudah mengintai negara - negara miskin.
Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Riyono menilai, isu pangan menjadi perhatian semua pimpinan G20. Bahkan Presiden Jokowi sebagai tuan rumah sudah memberikan peringatan dalam pidato pembukaan G20.
Baca Juga:
AS dan Sekutu Gelar Pertemuan Darurat di Sela KTT G20, Ini Sikap Indonesia
"Karena pandemi, kekeringan, dan konflik regional lainnya, hampir 770 juta orang kelaparan pada 2021 jumlah tertinggi sejak 2006," kata Riyono, Rabu (16/11).
Riyono menuturkan, dalam catatan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, FAO memperkirakan perang di Ukraina meningkatkan jumlah orang yang kekurangan gizi hingga 13 juta orang tahun ini. Dan berpotensi meningkat menjadi 17 juta orang lagi pada 2023.
Riyono meyakini, krisis pangan yang di hadapi dunia global ini terjadi karena adanya masalah hambatan distribusi. Ditambah ketersedian dan ego masing - masing kekuatan ekonomi dunia yang enggan kolaborasi dalam skala global.
Sebab, ada ancaman kelaparan global dimana FAO memprediksi ada 13 juta orang kekurangan gizi di 2022.
"Ini bisa bertambah 17 juta di 2023 jika konflik Rusia - Ukraina tidak mampu di bendung dan jalan keluar di pertemuan G20," imbuh Riyono.
Baca Juga:
Kapolri Pastikan Keamanan di Bali Berjalan Tanpa Gangguan Jelang Berakhirnya KTT G20
Ia melihat, pangan adalah 50 persen masalah bangsa dunia yang bergabung dalam G20.
"Pangan adalah krusial dan wajib di penuhi oleh negara, pangan adalah hak asasi manusia," jelas dia.
Riyono menyebut, Presiden Jokowi bisa menyerukan untuk anggota G20 membangun kesepakatan bersama tentang "Keseimbangan Pangan Dunia" dengan basis kekuatan pangan lokal masing - masing negara.
"Termasuk kerjasama global bersama FAO dan kerjasama bilateral antar anggota G20," tutup Riyono. (Knu)
Baca Juga: