Kronologis Pembantaian Satu Keluarga di Sigi Sulteng

Alwan Ridha RamdaniAlwan Ridha Ramdani - Minggu, 29 November 2020
Kronologis Pembantaian Satu Keluarga di Sigi Sulteng
Kepala Polda Sulawesi Tengah, Inspektur Jenderal Polisi Abdul Rahkman Baso, (tengah). (Foto: Tengah).

MerahPutih.com - Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah menduga pelaku kekerasan menyebabkan korban jiwa di Kabupaten Sigi, berasal dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso.

“Dari keterangan saksi yang melihat langsung saat kejadian yang kita konfirmasi dengan foto-foto, DPO MIT Poso, ada kemiripan,” kata Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Inspektur Jenderal Polisi Abdul Rakhman Baso.

Ia memastikan, saat ini situasi kondusif dan aparat keamanan sudah melakukan trauma healing kepada warga setempat untuk takut terkait kejadian itu. Bahkan, saat ini di lokasi telah ditempatkan sejumlah personel aparat keamanan.

Baca Juga:

Pemerintah Diminta Bikin Formula Tepat Selesaikan Polemik di Papua

Kapolda memaparkan, pada 09.00 WIB Jumat (27/11), salah satu rumah didatangi sekitar delapan orang tidak dikenal (OTK), yang masuk lewat belakang mengambil beras kurang 40 kilogram. Setelah itu, melakukan penganiayaan tanpa ada pernyataan apa pun, menggunakan senjata tajam tanpa perikemanusiaan mengakibatkan empat orang korban.

Para OTK membakar rumah sebanyak enam rumah. Dari enam rumah ini, empat yang terbakar habis, dua hanya dapur bagian belakang dan bukan rumah inti tapi rumah tambahan beratapkan alang-alang.

Ia menegaskan, tidak ada bangunan gereja yang terbakar atau dibakar dalam kejadian kekerasan di Kabupaten Sigi. Namun yang dibakar oleh pelaku adalah rumah yang dijadikan tempat pelayanan umat.

Rumah Transmigran di Sigi, Sulteng. (Foto: Antara)
Rumah Transmigran di Sigi, Sulteng. (Foto: Antara)

“Saya ingin meluruskan bahwa di situ tidak ada gereja yang dibakar,” kata Baso didampingi Komandan Korem 132/Tadulako, Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf dalam jumpa di Palu, Minggu (29/11).

Ia mengatakan, di lokasi TKP ada 50 rumah transmigrasi dan hanya sembilan yang dihuni tetap. Dan dari sembilan rumah ini dihuni bukan hanya warga dari satu suku dan agama saja.

"Di sana terjalin toleransi yang sangat bagus," katanya dikutip Antara.

Diberitakan sebelumnya satu keluarga di Desa Lemba Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, dibunuh orang tak dikenal pada Jumat, 27/11, sekitar pukul 09:00 WITA pagi.

Akibat kejadian ini sejumlah warga yang bermukim dekat rumah korban, bersembunyi, melarikan diri dan bahkan mengungsi. (*)

Baca Juga:

Pembunuhan dan Pembakaran di Sigi Sulteng Wajib Diusut Tuntas

#Pembunuhan #Toleransi #Terorisme
Bagikan
Bagikan