Kristen dan Syiah, Korban Terbanyak dari Intoleransi di Yogyakarta
Setara Institute mencatat, korban pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan di Yogyakarta sejak tahun 2007 ialah umat Kristiani dan Syiah. Masing-masing mendapat 11 dan 7 peristiwa.
"Selanjutnya diikuti individu, sebanyak 6 peristiwa, Ahmadiah 3 peristiwa, dan pegiat pluraisme serta warga umum 2 peristiwa," kata Halili, peneliti Setara Institute, saat konferensi pers di Jalan Magelang, Kota Yogyakarta, Senin (27/2).
Setara Institute membagi dua golongan pelaku intolenransi, yakni aktor negara dan non-negara. Aktor negara dilakukan terbanyak oleh kepolisian.
Sementara aktor non-negara dilakukan kelompok organisasi masyarakat. Kelompok-kelompok tersebut ialah Front Jihad Islam, MMI, FUI, Gerakan Anti Maksiat, FPI, GPK, dan tokoh agama.
Umumnya, papar Halili, tindakan yang paling sering dilakukan pelaku non-negara ialah penolakan tempat ibadah dan ujaran kebencian atau hatespeach.
Penelitian Setara ini diberi tajuk "Laporan Tematik tentang Kebebasan Beragama/Berkeyakinan dan Minoritas Keagamaan di Jogja". Penelitian tematik dilakukan dengan cara analisis data sekunder selama 10 tahun. Peneliti terdiri dari 3 orang, dengan dua di antaranya melakukan pemantauan lapangan.
Berita ini ditulis berdasarkan liputan Fredy Wansyah, reporter dan kontributor merahputih.com untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.