KAIN di Indonesia tak terhitung jumlahnya, ini karena masing-masing suku bangsa memiliki ragam jenisnya sendiri. Kain di Indonesia juga memliki bentuk yang bermacam-macam dan teknik pengerjaan yang berbeda-beda.
Kain yang paling dikenal adalah batik. Namun, selain batik masih banyak kain yang harus kamu kenali, salah satunya adalah kain yang dibuat dengan cara ditenun. Kain tenun membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan kain batik, pengerjaannya yang masih sangat tradisional menjadikan kain yang memiliki cara pembuatan tenun ini banyak digemari oleh pengoleksi kain.
Baca Juga:
Daerah di Indonesia yang memiliki kain dengan cara ditenun salah satunya dari Flores, Nusa Tenggara Timur yang disebut dengan Kain Tenun Ikat Flores. Dilansir dari kanal Youtube Bpnb Bali, berjudul Daring Pelestarian Nilai Budaya – Kain Tenun Flores dengan Ibu Luisa Gege Hadjon mengatakan bahwa Kain Tenun Flores memiliki berbagai jenis.
Ini karena setiap klan atau suku memiliki jenis kainnya masing-masing. Penggunaan motif-motif kain itu disesuaikan dengan acara atau kesempatan yang ada.
Pengerjaan Kain Tenun Ikat Flores masih menggunakan alat-alat yang tradisional. Pengrajin yang mengerjakannya didominasi oleh perempuan-perempuan tua. Kain tenun ikat ini masih menggunakan cara yang tradisional.
Benang yang digunakan diproduksi secara mandiri yang terbuat dari kapas. Untuk membuat satu gulungan benang saja memerlukan 5-6 alat hingga benang dapat digunakan.
Alat-alat yang digunakan didominasi dengan kayu yang didukung dengan keterampilan dan keliahaian jari jemar. Alat tenun yang digunakan untuk membuat satu lembar kain ikat bernama Tenane Kedaya. Tenane Kedaya terdiri dari beberapa bagian.
1. Tenane,alat yang berfungsi sebagai penambatan benang di bagian depan penenun.
2. Kedayan tempat yang digunakan untuk pemabatan benang di bagian kaki penenun.
3. Hurit, bilah kayu yang berfungsi untuk mendorong dan merapatkan benang.
4. Wulo, alat yang berfungsi agar benang tetap tegang saat dirapatkan.
5. Gurungn bilah bambu yang berfungsi sebagai penggulung benang horizontal.
6. Menitit, alat untuk mengangkat benang secara vertikal.
7. Belo’e, alat untuk menggulung benang secara vertikal.
8. Ligu, anyaman lontar yang berfungsi sebagai penegang benang yang diletakan dibelakang sebagai sandaran.
9. Nubuk, alat yang berfungsi sebagai pengatur jarak antara benang dan penegang benang.
10. Matil, rang yang menjadi tempat meletakkan peralatan tenun.
Baca Juga:

Begitu banyak jenis peralatan yang ada di badan alat tenun. Hal ini yang menjadikan nilai harga jual kain tenun ikat semakin tinggi. Agar dapat memiliki warna, penenun masih menggunakan warna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti ta’ung (nila), kelore’ (merah marun), pehade’ (pemekat nila), kuma atau kunyit (kuning).
Pada kain yang dibuat oleh Ibu Luisa kain tersebut memiliki aksesori berbahan dasar siput kecil atau kinge yang tidak sembarangan orang dapat mencari dan memasang pada kain, hanya orang yang memiliki kemampuan khusus yang dapat melakukannya. Inilah mengapa Kain tersebut dinamakan Kriot Kringe.
Pada Kain Tenun Ikat Flores jenis Kriot Kringe ini, memiliki beberapa motif yang biasanya melambangkan simbol-simbol kepercayaan animisme dan dinamisme masyarakat Flores Timur di masa lampau. Sedangkan untuk motif yang lebih modern sudah mengalami perubahan yang didominasi dengan motif bunga, garis, hati, dan parang.
Untuk dapat menghasilkan satu lembar kain memerlukan lebih dari 40 hari pengerjaan dari awal pembuatan benang, pewarnaan, proses tenun, dan memasang aksesori. Oleh karena itu harga yang dijual dapat dikatakan tidak murah sekitar Rp3 juta – 4juta untuk ukuran 120x160 cm.
Kain tenun ikat Flores ini kerap kali digunakan para desainer Indonesia untuk menunjukkan kain khas Indonesia di peragaan busana seperti di Jakarta Fashion Week 2023 yang diselenggarakan pada Oktober 2022. Desainer kenamaan seperti Maya Ratih dan Defrico Audy kerap menggunakkan kain tenun asal NTT sebagai bahan dasar busana mereka. (mro)
Baca Juga: