Kopi Puntang Hasil Kerja Keras Ayi Sutedja

P Suryo RP Suryo R - Rabu, 20 November 2019
Kopi Puntang Hasil Kerja Keras Ayi Sutedja
Ayi Sutedja dan Harison Chandra dari Ottoman's Coffee, bekerjasama menghasilkan kopi yang baik. (Foto: Ottoman's Coffee)

PERJALANAN secangkir kopi yang dinikmati para pencinta kopi membutuhkan proses yang panjang. Terkadang kita tidak tahu proses yang harus dilewati dan siapa saja yang biasanya terlibat dalam proses panjang tersebut.

Beberapa pihak memiliki peran yang sangat penting dalam proses menciptakan secangkir kopi terbaik yang siap dinikmati pecinta kopi. Sebut saja profesi petani kopi atau seorang barista. Mereka adalah dua profesi yang berbeda tapi memiliki kecintaan yang sama pada kopi.


Baca Juga:

Mengintip Proses Pengolahan Kopi

kopi

Ayi sedang memeriksa tanaman kopi di kebunnya. (Foto: MP/Leonard Ghuru Ismail)

Bekerja keras tanpa lelah untuk meraih tujuan memajukan industri kopi di Indonesia. Diantara mereka ada terikatan dan hubungan saling membutuhkan satu sama lain karena mereka memiliki peran yang penting. Berkat mereka, nama Indonesia diharumkan.

Bagi petani kopi, pekerjaan mereka tidaklah mudah karena membutuhkan keuletan dan kesabaran yang tinggi. Seperti menanam tanam lain pada umumnya, kopi juga harus melewati banyak tahapan yang panjang, waktu, tenaga, kesabaran dan materi.

Proses yang biasa dilakukan para petani kopi, yaitu penanaman benih kopi, pemanenan buah kopi (cherry), pengolahan buah kopi, pengeringan biji kopi dan penggilingan biji kopi.

Ayi Sutedja, lelaki paruh baya eks teknisi listrik yang beralih profesi menjadi seorang petani kopi. Dia mengembangkan jenis kopi Puntang dan membawanya ke industri kopi Indonesia bahkan meluas ke internasional.

Menurut Ayi, kopi yang berasal dari pegunugan Puntang kabupaten Bandung ini ditanam di ketinggian 1.300 mdpl yang memiliki udara sejuk. Kopi Ayi ini melalui proses natural, fully washed maupun honey process berhasil memberikan cita rasa fruity pada biji kopi yang dihasilkan.

Baca Juga:

Unik Banget, Budaya Ngopi Suku Sasak dengan Campuran Beras dan Kelapa

kopi

Kerjasama antara petani kopi dan barista, Ayi dan Harison seorang barista. (Foto: Leonard Ghuru Ismail)

Jenis biji kopi yang memliki permintaan tinggi adalah yang menggunakan pengolahan biji kopi dengan natural process. Sementara biji kopi yang dijagokan para coffee grader, menurut Ayi adalah honey process, membuatnya lebih fokus pada jenis pengolahan tersebut.

Perjuangan panjang yang dijalani Ayi, bukan tanpa hambatan. Banyak masalah yang harus dihadapinya sebagai petani kopi antara lain, umur tanaman kopi yang masih muda sehingga hasil buah kopinya belum optimal dan tidak adanya alat ukur digital yang memadai.

Padahal, bagi petani kopi seperti Ayi, proses awal sampai akhir jelas memerlukan bantuan teknologi alat ukur yang memadai agar mendapatkan komposisi biji kopi terbaik dan konsisten. Untuk mengakali kekuranganya itu, ia masih menggunakan cara sederhana tanpa alat ukur, misalnya dengan menggigit buah kopi untuk mengukur kadar air pada buah kopi.

Berkat kerja keras dan kegigihannya, pada tahun 2017, sample kopi asli gunung Puntang yang dikenalkannya di ajang International Specialty Coffee Association of America Expo, Atlanta, Amerika Serikat. Pada kesempatan itu kopinya berhasil meraih nilai 86,25 dari para Q grader dunia. Bahkan kopinya berhasil menjadi satu-satunya jenis kopi paling mahal yang pernah dijual dalam event bergengsi itu dengan harga USD55 per kilo gram. (lgi)


Baca Juga:

4 Manfaat Kopi Sebagai Bahan Alami untuk Menunjang Kecantikan

#Kopi #Biji Kopi
Bagikan
Ditulis Oleh

Leonard

Bagikan