PADA sudut kiri depan hall Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat berdiri layar televisi besar yang memutar berbagai cuplikan video yang menarik perhatian. Ada produksi kaos yang motifnya bergambar bungkusan mi instan. Ada perempuan yang berkreasi membuat donat crispy dari mi instan. Keunikan ini tampil dalam video pendek milik Indomie.
Perusahaan mi instan terbesar Tanah Air itu baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-50 tahun. Hadir pertama kali pada 1972, Indomie selalu identik dengan makanan 'khas' Indonesia yang akhirnya terkenal dan mendunia. Melalui ini, Indomie berusaha mendukung dan memajukan bisnis lokal melalui kolaborasi bersama mereka. Hal ini diungkap dalam sesi talk show hari ketiga IdeaFest bertajuk Future Looking through Inspiring Collaboration, Sabtu (26/11).
Baca Juga:

"Kami ingin menyampaikan lebih banyak bagaimana proses kreatif yang telah dilalui sehingga bisa menciptakan berbagai karya," ungkap Axton Salim, CMO dan Director of Indofood sekaligus moderator siang hari itu.
Sejauh ini, ada 17 jenama lokal yang Indomie ajak berkolaborasi. Proyek ini sendiri dinamakan Kolaboramie. Bukan sembarang jenama, ketujuh belas bisnis ini dipilih melalui pertimbangan panjang. Axton menyampaikan bahwa timnya memilih jenama yang memang secara garis besar memiliki visi dan misi yang sama. Alasannya supaya tidak ada jenama yang harus mengalah atau menurunkan standar bisnis mereka untuk menciptakan kolaborasi ini.
Dalam sesi talk show itu, ada 5 dari 17 jenama yang hadir. Mereka adalah platform Karya Karsa, komik Tahilalats, pakaian anak Bohopanna, makeup Rabbit Habit, dan kacamata SATURDAYS. Melalui lima jenama itu, Axton kembali memilih 2 jenama yang kolaborasinya dianggap paling menarik perhatian. Keduanya adalah Bohopanna dan Rabbit Habit.
Bohopanna merupakan jenama lokal yang berfokus pada pakaian anak dan ibu hamil. Co-founder Irene Kristi Nugraha menyampaikan bahwa ide awal bisnis ini terinspirasi dari personal needs, ia dan rekannya. Menurutnya, tidak banyak baju bayi dan anak di Indonesia yang unik, berkualitas, dan memiliki harga terjangkau. Jadi, ia melihat peluang tersebut dan mencoba memasuki pasar.
Bentuk kolaborasinya bersama Indomie sendiri nampak dalam motif pakaian yang dihadirkan. Misalnya saja dalam kaos bergambar tutorial memasak Indomie, kumpulan varian Indomie jadul, dan quote singkat tentang mi instan. Ada pula pakaian yang bermotif bungkusan mi instan dalam jumlah banyak nan kecil.
"Dari desainnya lucu sih, jadi ada satu desain yang pakai ikon temanya yaitu telor ceplok gitu. Jadi karakter-karakter di bajunya," ungkap Axton sambil mendeskripsikan salah satu produk kaos perempuan Bohopanna.
Baca Juga:

Nah, kalau Rabbit Habit sendiri merupakan jenama riasan wajah yang terinspirasi dari legenda tentang kelinci dan Dewi Bulan. Director Rabbit Habit, Jocelyne S Tjandra berkisah bahwa ada seekor kelinci yang setiap harinya selalu bekerja keras membuat ramuan kecantikan bagi sang Dewi Bulan. Ini merupakan kegiatan rutin yang telah menjadi sifat bawaannya.
Dewi Fitrina selaku pihak Marketing Rabbit Habit lalu memberikan analogi berupa karakter Chang'e di Mobile Legend. Di sana ia digambarkan sebagai perempuan cantik yang punya kelincinya sendiri. Oleh sebab itu, Rabbit Habit ingin bekerja keras untuk membawa produk kecantikan yang bisa membawa semua perempuan menjadi secantik Chang'e.
Dalam kolaborasinya bersama Indomie, Rabbit Habit memproduksi edisi khusus face mask dan face palette. Kedua produk ini memiliki varian Indomie goreng dan Indomie kuah, dua varian klasik nan hits.
"Yang pertama kali kita lakukan itu adalah makan Indomie ramai-ramai. Kita bagi tim, yang satu goreng, yang satu kuah. Ngapain sih? Ya itu, nyari inspirasinya mulai dari ngebuka packaging-nya, ngeluarin mi, kita lihat warnanya (dari bumbu tiap varian mi)," jelas Dewi kala menceritakan proses di balik layar mereka.
Warna-warna dalam tiap palette terinspirasi dari isi kemasan Indomie. Misalnya hitam kecokelatan dari kecap, emas yang berkilau dari minyak bawang, dan jingga kemerahan dari saus. Di kemasannya, ada sebuah kelinci biru tua di antara gumpalan mi yang melambangkan produk mereka. Meski, Dewi bercerita pada awalnya ini menjadi perdebatan karena Indomie tidak ingin ada hewan dalam produk makanan.
Seluruh proses Kolaboramie berjalan kurang lebih 1 tahun sejak tercetusnya ide. Mereka terus melakukan adjustment untuk mencapai kesepakatan. Selain itu, tujuan Kolaboramie sendiri adalah untuk membawa jenama lokal lebih terkenal dan kreatif lagi dalam menghasilkan produknya. (mcl)
Baca Juga: