MerahPutih.Com - Wajah dan rambut Dul Rohmat (30) terlihat sangat kotor. Tatapan wajahnya kosong. Di samping Rohmat terdapat istrinya, Fatimah (33) dan anaknya pertamanya Dafa (13) yang sedang terlelap tidur di dalam becak.
Ketiganya tercatat sebagai warga Desa Asemrudung, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Satu keluarga ini hidup dengan cara menggelandang dan selalu berpindah tempat. Makan keseharian, keluarga ini menanti belas kasihan dari warga yang kebetulan lewat di pinggir jalan.
Baca Juga:
Ini Kelompok yang Bakal Untung Besar Ketika Proyek Kartu Prakerja Berjalan
Tempat mereka menggelandang adalah sepanjang Jalan Adi Sucipto Karangasem, Kecamatan Laweyan, Solo, Jawa Tengah. Sesekali keluarga ini menghentikan laju becaknya di depan kantor DPRD Solo untuk sekedar mampir salat.
Bahkan, jika turun hujan harus mencari tempat berteduh agar buah hatinya yang masih kecil di dalam becak tidak kehujanan. Untuk tidur, di dalam becak hanya bisa memuat dua orang, yakni untuk ibu dan bayinya. Sedangkan Rohmat dan adik kandungnya, Listiyowati (22) tidur di luar hanya beralaskan kardus bekas.
"Kami sekeluarga merantau di Solo karena di kampung hanya bekerja sebagai buruh di sawah saat panen padi. Usai panen tidak ada kerjaan lagi, akhirnya ke Solo berharap bisa merubah nasib," kata Fatimah kepada merahputih.com di Solo, Kamis (7/5).
Fatimah mengatakan suaminya juga mengajak adiknya berna Listiyowati (22) hidup menggelandang di dalam becak. Ia mengaku di Solo awalnya tinggal di indekos di kawasan Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres, Solo. Adapun biaya sewa setiap bulannya sebesar Rp 600.000.
"Biaya sewa indekos sangat mahal. Kemudian dapat indekos lebih murah Rp400.000 per bulan. Namun, baru beberapa bulan ditempati, suami (Rohmat) terkena PHK (pemutusan hubungan kerja) sebagai buruh bangunan di sebuah proyek akibat wabah corona," kata dia.
Mengingat tidak punya penghasilan lagi, kata dia, sudah tidak tinggal di indekos. Ia pun bersama suami terpaksa menyewa becak Rp 5.000 per hari untuk tidur di jalan. Untuk mencukupi kebutuhan hidup setiap hari, mereka hanya mengandalkan bantuan. Sejak di PHK, sang suami sampai saat ini belum mendapatkan pekerjaan.
"Kalau saya dapat sembako bantuan dari warga dijual untuk mencukupi biaya hidup diantaranya membeli makan, popok, dan lainnya. Kalau dapat beras dan minyak goreng tidak bisa memasak karena ada alat masak karena tinggal di becak," terangnya.
Baca Juga:
196 Masjid Masih Adakan Salat Tarawih, Kemenag Solo: Sebaiknya Beribadah di Rumah Saja
Ia berharap bisa pulang kampung. Namun, karena ada larangan mudik di tengah pandemi COVID-19 dari pemerintah akhirnya mengurungkan niat mudik.
"Kami berharap wabah corona bisa segera berakhir supaya bisa hidup nornal seperti sebelumnya, dimana suami bekerja dan tinggal di indekos," pungkasnya.(*)
Berita ini ditulis berdasarkan laporan Ismail, reporter dan kontributor merahputih.com untuk wilayah Jawa Tengah.
Baca Juga:
Sebelum Meninggal Didi Kempot Berpesan Hasil Donasi Konser Amal Dibagi Secara Adil