Film

'Kisah Manusia Merangkai Punah' Rekam Krisi Ekologi Global

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Kamis, 08 September 2022
'Kisah Manusia Merangkai Punah' Rekam Krisi Ekologi Global
Adegan Film Kisah Manusia Merangkai Punah. (Foto: Magnifique)

SUARA mengerak memecah keheningan hutan. Sejurus kemudian, "brukkkkkk". Sepohon besar rubuh. Batang pohon nan bisa dirangkul lima hingga enam orang tersebut bercerai dari akar. Tabir pun terbuka. Setelahnya, cahaya matahari nan semula tertutup rimbunan daun kini bisa leluasa masuk hingga ke dasar hutan menyorot para pembalak "memutilasi" batang besar nan merebah sedari tadi.

Baca Juga:

Mengintip Peluang Berbisnis Hunian Co-Living Lewat Kredit

"Tak sudi memberi tanah ke Indian. Dokumen sudah jelas. Tanah ini milik petani," kata seorang pembalak bertopi mengenakan penutup muka.

"Namun, Anda pasti sadar ini rumah mereka. Suku-suku pribumi telah tinggal di tanah ini ratusan tahun," tanya pemandu dokumenter sekaligus sutradara Otto Brockway.

Raline Shah
Sutradara Ludovic Brockway dan kru film memeriksa perlatan untuk produksi film dokumenternya. (Foto: Magnifique)

"Dengar, dunia ini tidak adil. Ada menang dan ada kalah. Seluruh dunia mengira bisa ikut campur dalam urusan tanah di Brasil. Maaf saja." katanya menyakinkan. "Kami punya cara sendiri!".

Konflik pembalak dengan Suku Anak Dalam di pedalaman hutan Amazon, wilayah Brasil, tersebut menjadi pembuka film dokumenter Kisah Manusia Merangkai Punah nan dengan narator serta teks film berbahasa Indonesia tayang perdana (7/9). Film garapan BROXSTAR PRODUCTIONS dan VISION FILMS disulihsuarakan ke bahasa Indonesia oleh Raline Shah.

Baca Juga:

Saatnya Warga +62 JUALAIN

"Tak mudah memang proses sulih-suaranya. Harus pas. Apalagi prosesnya selagi masa-masa awal pandemi harus cari-cari studio di Bali," kata Raline Shah pada penayangan perdana Kisah Manusia Merangkai Punah, di Flix Cinema ASHTA District 8, (6/8).

Film garapan BROXSTAR PRODUCTIONS dan VISION FILMS sebelumnya telah tayang di berbagai negara dengan narator asli berbahasa Inggris diisi peraih Academy Award Kate Winslet.

"Saya pun fan Kate Winslet. Maka, jadi sebuah kebanggan bisa jadi pengisi suara versi bahasa Indonesia," sambung Raline Shah.

Raline Shah
Proses Voiceover Raline Shah pada fim Kisah Manusia Merangkai Punah. (Foto: Magnifique)

Film berdurasi satu jam 21 menit lebih tersebut tak hanya menera tentang konflik lahan di hutan Amazon, tetapi juga bencana ekologi di seluruh penjuru dunia, mulai dari kekeringan, banjir, tanah longsor, mencairnya es di kutub utara, serta peningkatan merebaknya virus termasuk pandemi.

Bahkan, di bagian tengah sampai akhir penayangan, film tersebut memberi porsi besar terhadap kerusakan lingkungan akibat industri peternakan hewan. Di dalam film disajikan paparan berkait industri hewan ternak ternyata memakan banyak lahan nan semula merupakan hutan atau ruang terbuka, kelebihan produksi daging sehingga menjadi limbah, dan isu ketidakhigienisan pasokan daging tersebut.

Dari sekian masalah nan menyumbang krisis ekologi dunia, menurut aktivis lingkungan Tiza Mafira merasa menjadi semakin aktula untuk kembali ke lokal, semisal tentang memberdayakan sumber pangan lokal atau terdekat sehingga tak menjadi industri nan masif.

"Kita bisa berkontribusi mengurangi dampak krisis ekologi global dengan memberdayakan kelokalan. Menggunakan sumber pangan lokal, bahkan kalau bisa tanam sendiri, atau mengakses dari sumber sekitar atau terdekat," kata Tiza Mafira.

Melalui kontribusi sejumlah tokoh berpengaruh di dunia termasuk Sir Richard Branson dan Tony Robbins, film tersebut memiliki harapan besar untuk dapat membawa pesan positif bagi penonton.

raline shah
Press Conference dan penayangan perdana Kisah Manusia Merangkai Punah. (Foto: Magnifique)

Perspektif ahli sebagai narasumber film, seperti Prof. Olivier de Schutter, Eks-Special Rapporteur dari PBB dan Dr Marco Springmann, Peneliti Senior untuk Kelestarian Lingkungan, Oxford University, Mantan Ilmuwan Utama Pemerintah Queensland Gerard Wedderburn-Bisshop semakin menguatkan pesan nan diusung sang sutradara terhadap filmnya.

"Para ilmuwan telah meramalkan hanya dalam lebih dari dua dekade, kehilangan spesies akan menjadi begitu besar sehingga mustahil untuk pulih. Bumi akan menderita keruntuhan ekologis dan salah satu upaya dapat kita tempuh untuk menunda kepunahan ini dengan mengubah pola makan kita," kata Gerard Wedderburn-Bisshop

Film dokumenter ini disutradarai Otto dan Ludovic Brockway, diproduksi Kian Tavakkoli, Ludovic Brockway dan Mark Galvin. Produser Eksekutif pada film ini termasuk Kate Winslet, Sir Richard Branson, Ivan Orlic dari Seine Pictures, Lauren Mekhael, James Wilks, Joseph Pace, dan Susan Vitka. (*)

Baca Juga:

Bukan Sulap Bukan Sihir, Pakaian Olahraga Ini Terbuat dari Limbah Botol Plastik

#Film Dokumenter #Sustainability #Wisata #Film
Bagikan
Bagikan