MerahPutih.com - Tim Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mendatangi Pondok Pesantren Al-Hidayah, Sumatera Utara. Pondok pesantren ini berada di bawah pimpinan Khaerul Ghazali yang merupakan eks napi terorisme.
Di Pondok Pesantren Al-Hidayah, para santri menempa dan melatih keahilan di bidang pertanian dan peternakan.
Saat ini, santri dipulangkan ke kediaman masing-masing dan tidak ada kegiatan lain selama masa pandemi COVID-19. Untuk warga di sekitar pondok pesantren, kegiatan belajar secara tatap muka diadakan setiap hari Sabtu, dari pukul 8.00 - 10.00 WIB.
Baca Juga:
Didirikan pada tahun 2015, awalnya pesantren berupa rumah tahfiz (tempat menghafal Alquran).
Pada tahun 2016, pesantren ini mendapat apresiasi dari BNPT dengan dibangunnya masjid dan ruang belajar serta fasilitas lain.
Mereka mendapat izin operasional dari Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang dan Kemenag wilayah Deli Serdang, Sumatera Utara.
Hingga saat ini, Pondok Pesantren Al-Hidayah sudah dikenal hingga di tingkat internasional. Sejumlah negara berkunjung untuk mempelajari program deradikalisasi di Indonesia.
Menurut Khaerul Ghazali, pelatihan tersebut sebagai upaya pembuktian kepada masyarakat dan negara atas stigma yang melekat. Terutama kepada mantan narapidana terorisme beserta keluarganya.
“Santri di sini diberikan life skill bertani dan beternak agar mandiri," kata Khaerul dalam keterangannya, Selasa (1/12).

Dia ingin membuktikan bahwa eks napiter mampu bermanfaat bagi masyarakat.
"Kami berupaya untuk menunjukkan karya, bisa terlepas dari stigma yang ada," terang Khaerul.
Sementara itu, Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar mengatakan, Pondok Pesantren Al-Hidayah merupakan contoh program yang perlu terus dijalankan.
Hal ini disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada pelantikan Kepala BNPT di bulan Mei silam.
“Kami senang melihat kemajuannya dan kelak lahir pemimpin bangsa insyaallah dari ponpes ini yang semangat maju pantang menyerah,” ujar Boy yang juga mantan Kapolda Papua dan Banten ini.
Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Mayjen (TNI) Hendri Paruhuman Lubis melihat baik Yayasan Lingkar Perdamaian maupun Pondok Pesantren Al-Hidayah sudah mandiri dan mendapat dukungan dari berbagai pihak.
"Kami harap mitra deradikalisasi lainnya yang masih membutuhkan bantuan, mohon dimaklumi,” ujar Hendri Paruhuman Lubis.
Baca Juga:
Densus 88 Antiteror Polri Antisipasi Serangan Terorisme di Kerumunan Massa
Sekedar informasi, Khaerul Ghazali merupakan mantan pelaku teror kejahatan. Ia kini fokus dalam melakukan pembinaan terhadap umat dan dakwah dengan mendirikan Pesantren Al Hidayah dan Galeri Perdamaian.
Bekas pelaku perampokan Bank CIMB Niaga ini menilai, radikalisme, intoleransi dan terorisme adalah kejahatan yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Ia dan kelompoknya mengatasnamakan agama untuk membunuh dan merampok Bank CIMB Niaga demi membiayai perjuangan yang dahulu dianggap benar.
Beberapa waktu lalu, Ghazali menyatakan tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan perpecahan.
Dia mendapatkan hikmah di penjara, semua agama baginya mengajarkan kasih sayang, perdamaian, dan toleransi.
“Sangat sayang kalau Indonesia hancur seperti Suriah, Mesir dan Irak,” ucapnya. (Knu)
Baca Juga:
Berantas Paham Radikalisme dan Terorisme, Kepala BNPT Datangi Ulama Hingga Pesantren