Kisah Duka Di Balik Patung Pancoran

KaptenKapten - Sabtu, 08 Juli 2017
Kisah Duka Di Balik Patung Pancoran
Wajah Patung Dirgantara hasil pahatan Edhi Sunarso. (Foto: Instagram/ryu_rudy)

Monumen Patung Pancoran tentu tak terdengar asing bagi Anda. Namun, Pancoran bukanlah nama sebenarnya untuk patung itu, melainkan nama daerah tempat patung itu berdiri. Ir. Soekarno menamai patung tersebut Monumen Patung Dirgantara.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dirgantara adalah ruang yang ada di sekeliling dan melingkupi bumi, terdiri atas ruang udara dan antariksa.

Demikian pula makna dari Patung Dirgantara tersebut. Menggambarkan kekuatan Indonesia, Patung Dirgantara merupakan lambang manusia yang memiliki semangat kuat untuk menjelajah angkasa. Didirikan di tempat tersebut, karena Markas Besar Angkatan Udara RI dulu ada di daerah itu.

Patung ini terbuat dari perunggu seberat 11 ton dan tinggi 11 meter, sementara kaki patung yang menopangnya mencapai 27 meter. Dengan kualifikasi demikian, pembuatan patung menghabiskan anggaran Rp12 juta pada tahun 1964. Uang didapat Soekarno dengan menjual mobil kesayangannya seharga Rp1 juta pada masa itu, Rp5 juta dari pemerintah, dan Rp6 juta sisanya menjadi hutang pemerintah.

patung pancoran
Monumen Patung Dirgantara dilihat dari Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan. (Foto: MP/Rizki Fitrianto)

Edhi Sunarso, seorang maestro pemahat Indonesia, awalnya merasa ragu dan bingung menerima pesanan Soekarno untuk membuat Patung Dirgantara itu. Hal itu terjadi lantaran Edhi belum pernah membuat patung berbahan dasar perunggu seperti yang diinginkan presiden pertama RI tersebut. Namun, Edhi tetap mengerjakannya.

Soekarno sering kali menyempatkan diri untuk melihat proses pengerjaan patung yang digagas olehnya tersebut. Ia juga mempraktikkan kepada Edhi bagaimana pose patung yang ia inginkan.

Saat proses pengerjaan, lambat laun Edhi mengetahui bahwa uang yang diberikan kepadanya untuk menyelesaikan satu monumen tersebut berasal dari hasil menjual mobil kesayangan Soekarno. Dengan uang itu, meski tidak cukup, Edhi langsung mempercepat proses pengerjaan Patung Dirgantara.

Saat Patung Dirgantara hampir selesai dibuat dan hanya tinggal menyelesaikan bagian atas patung, Edhi melihat ada rombongan mobil ramai mengiringi satu mobil jenazah. Edhi yang penasaran lalu bertanya kepada pekerja yang sedang berada di bawah. Ternyata, mobil itu membawa jenazah Soekarno.

Mengetahui kabar duka tersebut, Edhi langsung lemas dan turun dari puncak monumen yang dibuatnya. Ia sesegera mungkin menyusul ke Blitar untuk penghormatan terakhir kepada Soekarno.

Setelah masa duka berlalu, Edhi langsung kembali meneruskan pekerjaannya yang masih tersisa, yakni bagian wajah. Wajah Tugu Dirgantara tersebut mengekspresikan wajah gagah berani dari Gatotkaca. Di balik wajah patung yang sangat ekspresif dan menggelontorkan semangat itu, tersimpan duka saat pembuatannya. (Bing)

Baca juga berita terkait: Monumen Penjara Banceuy, Wisata Edukasi Sejarah Perjuangan Kemerdekaan.

#Fakta Unik #Presiden Indonesia Soekarno #Soekarno
Bagikan
Ditulis Oleh

Kapten

Kapten Merah Putih
Bagikan