BUKAN hanya kualitas yang perlu diperhatikan saat memasak daging sapi, namun juga perlu memahami kegunaan dari berbagai bagian daring tersebut, setidaknya itu yang disampaikan Chef Vindex Tengker seperti dilansir Antara.
"Sebenarnya kita harus tahu daging bagian mana, untuk masak apa. Karena ada daging yang bisa dimasak cry cooking method, misal disatai, atau tumis. Sama yang dimasak lama atau yang disebut wet cooking method," terang Vindex.
Menurutnya, orang harus tahu apakah bagian dari daging sapi itu bisa dimasak untuk dijadikan steak atau tidak. Pasalnya, menurut Vindex, setiap bagian daging sapi memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga membuatnya memiliki peruntukan yang khusus pula.
"Bisa dipakai buat masak lama nggak. Karena ada kalau daging yang bagus, dimasak lama malah kering. Rasanya jadi dry, kurang juicy rasanya," jelas Vindex.
Baca juga:
Cara Mengawetkan Daging Tanpa Menggunakan Lemari Es

Lebih lanjut, Vindex juga mengatakan bahwa jika salah memilih jenis daging sapi untuk dimasak maka hal tersebut dapat mengakibatkan rasa alot saat dimasak. Misalnya, daging sapi bagian betis tidak bisa dimasak menjadi satai, sebab bagian itu memiliki tekstur yang lebih keras.
"Supaya enggak keras pun tekniknya harus menggunakan daging yang tepat. Kalau rump, dia ada bagian yang bisa dibikin satai. Tapi kalau bagian betis itu nggak bisa dibikin satai, mau diapain juga, enggak bisa. Karena dia keras, harus dimasak lama," katanya.
Vindex memberikan perumpamaan lebih detail, seperti sirloin misalnya, merupakan daging yang bisa dibikin menjadi steak. Sementara, bila daging sirloin dibikin menjadi rendang, hasilnya akan kering atau tidak juicy.
Selain itu, menurut Vindex, durasi memasak daging juga sangat bervariasi. Namun, Vindex mengungkapkan bahwa jika memasak daging sapi Australia, proses memasak bisa lebih cepat dibandingkan jenis daging sapi lain.
Baca juga:
Kuliner Ekstrem Daging Buaya Berbagai Negara, Salah Satunya dari Indonesia

"Kalau masak lama, tergantung ya. Kalau pakai daging sapi Australia, karena dia (sapi) makannya bagus, diternakkan dengan benar, jadi kalaupun perlu dimasak lama itu paling lama setengah jam, dua jam," tuturnya.
Ia memberikan perbandingan pada sapi di Indonesia, yang menurutnya lebih banyak difungsikan untuk membajak sawah baru kemudian dipotong. Jadi, menurut Vindex, sapi di Indonesia dagingnya cenderung lebih keras, sehingga lebih cocok untuk masakan lokal ketimbang dijadikan steak.
Sapi di Australia memang diternak dengan cara yang sangat baik. Mulai dari pakan, hingga tingkat stres sapi juga sangat diperhatikan di negara tersebut. Terlebih, para peternak di sana sudah berpengalaman lebih dari 200 tahun secara turun temurun.
Sehingga, tak mengherankan bila segala sistem peternakannya sudah lebih canggih dan selalu disempurnakan dari zaman ke zaman. Tak hanya itu, daging sapi Australia juga telah tersertifikasi halal dari MUI. (waf)
Baca juga:
Unik, Startup Produksi Daging Berbasis Udara