Ketupat Lebaran, Sebuah Tradisi yang Ditinggalkan Sunan Kalijaga

Muchammad YaniMuchammad Yani - Rabu, 05 Juni 2019
Ketupat Lebaran, Sebuah Tradisi yang Ditinggalkan Sunan Kalijaga
Dengan sangat terampil para pedagang menganyam daun kelapa menjadi bentuk ketupat. (Foto: MerahPutih/Rizki Fitrianto)

Setelah menjalani puasa satu bulan penuh, kini kita merayakan salah satu hari raya umat Islam yakni Idul Fitri. Di Indonesia, Hari Raya Idul Fitri atau sering disebut Lebaran sangat erat dengan ketupat. Makanan berbahan dasar beras ini dibungkus dengan daun kelapa yang dianyam. Namun ada juga yang menggunakan daun palma yang lain.

Sebenarnya ketupat bukan hanya ada di Indonesia saja, ketupat juga ada di beberapa negara tetangga seperti Brunei Darrusalam, Malaysia dan Singapura. Di Filipina juga ada makanan bernama boynoy yang mirip ketupan namun dengan pola anyaman berbeda.

Para pedagang kulit ketupat ini memang selalu ada setiap menjelang lebaran. Ketupat memang jadi makanan khas lebaran di Indonesia. (Foto: MerahPutih/Rizki Fitrianto)
Para pedagang kulit ketupat ini memang selalu ada setiap menjelang lebaran. Ketupat memang jadi makanan khas lebaran di Indonesia. (Foto: MerahPutih/Rizki Fitrianto)

Keberadaan ketupat sebenarnya digunakan masyarakat agraria, terutama di Indonesia, dengan nama berbeda di setiap daerah. Di beberapa tempat masyarakat sengaja menggantungkan ketupat di tanduk kerbau sebagai wujud rasa syukur karena panen berlimpah.

Ada juga yang menggantungkan ketupat kosong di depan rumah. Maksudnya sebagai jimat penolak bala atau menangkal pengaruh negatif masuk ke dalam rumah. Di umat Hindu, ketupat kerap dijadikan salah satu sesajen.

Hingga akhirnya sekitar abad ke-15 dan ke-16, Sunan Kalijaga menggunakan metode pendekatan budaya sebagai langkah dakwahnya. Ketupat yang sudah lekat dengan masyarakat digunakan Sunan Kalijaga sebagai makanan khas Lebaran.

Para pedagang ini memudahkan para ibu yang tidak bisa atau tidak sempat menganyam daun kelapa jadi ketupat. (Foto: MerahPutih/Rizki Fitrianto)
Para pedagang ini memudahkan para ibu yang tidak bisa atau tidak sempat menganyam daun kelapa jadi ketupat. (Foto: MerahPutih/Rizki Fitrianto)

Ada dua tradisi yang diperkenalkan Sunan Kalijaga berkaitan dengan ketupat. Tradisi tersebut dinamakan Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda sendiri artinya "Setelah". Bakda Lebaran adalah Hari Raya Idul Fitri, sementara Bakda Kupat adalah hari raya bagi orang yang melakasanakan puasa Syawal selama enam hari.

Tradisi ketupat (kupat) di Hari Raya Lebaran dianggap sebagai simbol dari bahasa Jawa ku atau ngaku artinya mengakui dan pat atau lepat yang artinya kesalahan. Jadi kupat atau ngaku lepat maksudnya mengakui kesalahan.

Sungkeman pada masyarakat Jawa adalah implementasi dari ngaku lepat. Sungkeman dilakukan dengan duduk bersimpuh di hadapan kedua orang tua sambil meminta maaf atas kesalahan yang telah lalu. Hingga saat ini sungkeman merupakan tradisi khas saat lebaran di masyarakat Jawa.

#Lebaran Ketupat #Lebaran 2019
Bagikan
Ditulis Oleh

Muchammad Yani

Lebih baik keliling Indonesia daripada keliling hati kamu
Bagikan