HPN 2020

Ketua MPR Kecam Buzzer yang Dianggap Sebagai Musuh Utama Pers Indonesia

Eddy FloEddy Flo - Minggu, 09 Februari 2020
 Ketua MPR Kecam Buzzer yang Dianggap Sebagai Musuh Utama Pers Indonesia
Ketua MPR Bambang Soesatyo (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

MerahPutih.Com - Ketua MPR Bambang Soesatyo alias Bamsoet meyakini di era pos-truth (pasca kebenaran) saat ini, posisi pers tetap menjadi bagian penting dalam penegakan demokrasi dan supremasi masyarakat sipil.

"Walaupun hak publik mendapatkan informasi dimanfaatkan buzzer di berbagai media sosial, namun kekuatan pers tetap signifikan dan sulit tergantikan," ujar Bamsoet saat menghadiri perayaan Hari Pers Nasional 2020 (HPN 2020) bersama Presiden Joko Widodo dan Ketua DPR RI Puan Maharani di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Minggu (9/2).

Baca Juga:

Ketua MPR Bamsoet Sebut Maraknya Aksi Massa Akibat Kurangnya Dialog

PEW Research Center, lembaga kajian isu sosial, opini publik, dan demografi yang bermarkas di Washington DC, dalam jurnal Publics Globally Want Unbiased News, 2018 memuat hasil survei pers di 38 negara memperlihatkan kondisi pers Indonesia di mata masyarakat masih positif.

Ketua MPR Bamsoet sebut buzzer rusak pers di Indonesia
Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) (Foto: antaranews)

"Bisa dilihat dari 85 persen responden menyatakan pers Indonesia bekerja independen dalam memberitakan pemimpin dan pejabat negara. Masih unggul dibanding Philipina (83 persen), Vietnam (78 persen), Turki (73 persen), maupun India (72 persen)," ujar Bamsoet.

Mantan Ketua DPR RI itu menjelaskan bahwa 85 persen responden menyatakan pers Indonesia akurat dalam menyajikan berbagai pemberitaan.

Jauh lebih baik dibanding Jerman (75 persen), Jepang (65 persen), ataupun Inggris (63 persen). Serta 89 persen menyatakan pers Indonesia sangat baik dalam melaporkan berbagai kejadian penting lainnya. Mengalahkan Australia (65 persen), Spanyol (63 persen), maupun Korea Selatan (44 persen).

Bamsoet menegaskan hal itu menunjukkan di hati rakyat Indonesia pers tetap mendapat tempat. Namun bukan berarti pers bisa berpuas diri. Di era post truth saat ini, pers punya tantangan tak ringan.

"Karena masyarakat kini lebih suka menerima informasi yang sesuai selera mereka dibanding informasi yang sesuai faktanya. Disinilah para buzzer mencuri tempat, walaupun informasi yang disampaikan terkadang tak jelas antara fakta atau opini, antara realitas atau manipulasi, namun masyarakat terkadang dengan mudah menelannya sebagai sebuah kebenaran," imbuhnya.

Baca Juga:

Bamsoet Harap BUMN Asuransi Lain Enggak 'Ketularan' Jiwasraya dan Asabri

Di tengah mudahnya masyarakat mendapatkan informasi dari berbagai media sosial maupun teknologi informasi lainnya, pers harus tetap hadir menjadi mercusuar masyarakat mendapatkan informasi yang utuh secara fakta, serta utuh secara etika kejurnalistikan.

"Kesesatan dan ketidakjelasan informasi yang diterima masyarakat bisa membuat situasi sosial tak terkendali. Adu domba, fitnah, dan ujaran kebencian tak bisa dielakan. Karena itu, sebaiknya masyarakat mencari referensi informasi yang teraktual kepada pers. Bukan kepada buzzer, apalagi sumber gelap yang tak jelas keakuratan informasinya," pungkas Bamsoet.(Knu)

Baca Juga:

Bambang Soesatyo, Mantan Wartawan dengan Karier Politik yang Moncer

#Hari Pers Nasional #Ketua MPR #Bambang Soesatyo #Fungsi Pers
Bagikan
Ditulis Oleh

Eddy Flo

Simple, logic, traveler wanna be, LFC and proud to be Indonesian
Bagikan