Diklatda Hipmi Jaya 2018

Ketua Kadin Sebut Industri 4.0 tidak Terelakkan

Dwi AstariniDwi Astarini - Jumat, 13 April 2018
Ketua Kadin Sebut Industri 4.0 tidak Terelakkan
Ketua Kamar Dagang Indonesia (KADIN) Rosan Roeslani (kedua dari kiri) memberikan materi kepemimpinan pada Diklatda Hipmi Jaya 2018 di Ballroom The Ritz Calton Jakarta, Selasa, (12/4). (foto: Merahputi

KETUA Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani menyebut masuknya industri 4.0 tidak bisa dihindari oleh Indonesia. Secara otomatis, kemajuan dan perkembangan teknologi merupakan hal lumrah yang mau tidak mau akan dirasakan pada suatu kelompok dari ruang lingkup kecil hingga besar.

Industri 4.0 adalah revolusi industri yang ditandakan dengan kemunculan perkembangan neuroteknologi, super komputer, dan robot pintar. Perkembangan teknologi itu nantinya akan membuat manusia lebih mengurangi kemampuan fisik dan bisa lebih mengoptimapkan kemampuan otak.

Menurut Rosan, industri 4.0 tidak hanya muncul begitu dan langsung diterima manusia. Adanya industri itu akan memiliki beberapa dampak kepada para tenaga kerja. Ia pun memberikan contoh mudah, yaitu para pekerja bank yang mungkin saja tidak diperlukan lagi.

"Akan ada dampaknya. Mungkin ada beberapa hal yang akan mungkin diperlukan lagi. Salah satu yang paling gampang, contoh saja mungkin teller di bank akan hilang. Kita harus beradaptasi dengan itu. Kita harus meningkatkan kemampuan tenaga kerja kita," ujarnya saat ditemui pada acara Diklatda Hipmi Jaya 2018 di Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta Selatan, Kamis (12/4).

Meskipun akan beberapa pekerjaan akan hilang, Rosan menambahkan, seiring masuknya industri tersebut juga akan melahirkan lapangan pekerjaan baru. Artinya bukan berarti para pekerja lama akan kehilangan pekerjaan. Minimal mereka bisa berpindah pada jenis pekerjaan lain yang mungkin saja masih terkait dengan bidang pekerjaan yang digeluti sebelumnya.

"Ini hal tidak bisa terelakkan lagi. Pasti berjalan. Di satu sisi akan menghilangkan beberapa pekerjaan, tapi satu sisi akan menciptakan pekerjaan baru," imbuhnya.

Selain itu, ia menambahkan, hilangnya suatu pekerjaan dalam revolusi industri merupakan hal yang wajar. Oleh karena itu, solusi untuk menghadapi hal baru tersebut ialah dengan beradaptasi dengan perlahan

Adaptasi tersebut mungkin saja bisa berlangsung lama atau cepat. Semua tergantung kesiapan masyarakat menerima hal baru. Namun, revolusi industri tentunya dipastikan akan diterima sertiap lapisan masyarakat, karena kemajuan industri akan berdampak kepada berbagai sektor bisnis.

"Memang ada satu masa transisi untuk bagaimana kita bisa menyikapi itu. Dalam suatu kemajuan atau revolusi industri pasti ada hal yang hilang, ada hal baru yang muncul," ujar Rosan.

Lebih lanjut, meskipun industri 4.0 belum terjadi sepenuhnya, beberapa dampak industri sudah dapat dirasakan untuk saat ini. Seperti terciptanya berbagai aplikasi yang berangkat dari perusahaan baru atau startup yang sekarang ini tengah tren dan naik daun.

Adanya aplikasi semakin memudahkan masyarakat untuk melakikan berbagai hal tanpa harus banyak bergerak. Seperti jasa memesan makanan yang bisa dilakukan melalui komputer bahkan layar kaca ponsel pintar. Kemudahan seperti itulah yang akan membuat masyarakat semakin antusias menerima revolusi indutstri.

"Paling gampang aplikasi. Dulu mana ada kita bisa pesan makanan dari poncel kita. Itu menciptakan lapangan kerja baru, dan itu penyerapannya lumayan," paparnya.

Akan tetapi, Rosan tidak memungkiri bahwa Indonesia kurang mengikuti masuknya industri 4.0. Maka dari itu, kata Rosan, pemerintah sudah mempersiapkan beberapa hal terkait dengan adanya industri tersebut. Ia berharap agar para masyarakat cepat-cepat melek dengan kehadiran industri itu.

"Terus terang kami agak tertinggal. Alhamdulillah, pemerintah sudah mulai launch untuk industri 4.0 ini. Kita harus segera mencoba mengikuti ini. Ada hal-hal yang akan berdampak besar, ada hal yang dampak tidak sebesar yang lain," pungkasnya. (Ikh)

Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.
Bagikan