GAPTEK dan usia tua bukan halangan untuk terus belajar. Ini dibuktikan oleh para pedagang UMKM di Panularan, Laweyan, Surakarta. Rata-rata mereka berusia lanjut dan baru kali pertama memegang ponsel pintar.
Jari-jemari mereka terlihat gagap menggeser menu-menu di ponsel. Meski sudah mendengar lama istilah seperti jualan online, marketplace, dan digitalisasi, mereka baru tahu caranya memanfaatkan ponsel untuk tiga hal tersebut.
Ini tak lepas dari peran mahasiswa kelompok 41 Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Kelompok ini menggelar sosialisasi dan pendampingan digitalisasi UMKM bagi para pedagang UMKM yang relatif telah lanjut usia di Panularan, tak jauh dari Pasar Pawon, selama sebulan sejak Agustus 2022. Program itu termasuk dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) UNS yang bertujuan memberdayakan masyarakat desa dan mengentaskan kemiskinan.
"Tujuan dari kegiatan Sosialisasi Digitalisasi UMKM tersebut adalah memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai pembuatan proses bisnis dengan menggunakan teknologi dan data digital. Dengan adanya digitalisasi UMKM, diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam penjualan dan transaksi bagi UMKM yang bergerak di kelurahan Panularan," kata Ardini, salah satu perwakilan mahasiswa kepada Merahputih.com.
Baca juga:

Sebagian besar penduduk kelurahan Panularan adalah pemilik dan pelaku UMKM. "Potensi yang cukup besar untuk dikembangkan di sini, ya, UMKM. Contohnya Pasar Pawon," ujar Jumanto, Ketua RW setempat.
Selama sebulan penuh, pedagang UMKM mendapatkan materi tentang pengertian go digital, pentingnya perubahan dari luring ke daring, contoh-contoh perubahan akibat dari go digital, dan contoh dari go digital itu sendiri.
Menariknya, materi tersebut disampaikan dengan bahasa yang membumi dan dimengeri mayoritas pedagang UMKM sehingga mereka mendapat pemahaman yang terang tentang materi tersebut. Buktinya, sesi tanya jawab berlangsung secara interaktif.
"Semua mendengarkan dengan khidmat, sesekali menganggukkan kepala karena wawasannya bertambah. Saat pendampingan dilaksanakan, (pedagang-red.) dibagi per kelompok-kelompok. Seperti privat begitu. Raut wajah bapak dan ibu juga antusias, menatap teman-teman KKN dengan khusyuk ketika memberikan arahan," kata Ardini.
Setelah pemberian materi, para pedagang kemudian mempraktekkan diri terjun ke dunia jualan daring didampingi mahasiswa. Misalnya pembuatan website dan pendaftaran marketplace untuk pemasaran produk dengan jangkauan calon pembeli yang lebih luas, pembuatan QRIS untuk mempermudah transaksi jual beli, dan pembuatan katalog digital untuk menampilkan daftar produk yang diperjualbelikan yang lebih menarik.
Kejadian lucu muncul. Jemari mereka terlihat kagok menyentuh menu-menu dalam marketplace. "Ada yang belum tahu sama sekali. Karena faktor umur juga. Sudah bapak-bapak dan ibu-ibu jadi sedikit 'gaptek' begitu," lanjut Ardini.
Baca juga:

Para mahasiswa pun membantu para pedagang secara perlahan. Setelah diberitahu lebih jelas, para pedagang mulai terampil dan lancar menjelajahi marketplace. "Mereka sesekali membulatkan bibir dan berkata, 'Oooo gitu to, Mbak' sambil mengangguk-angguk. Meskipun sedikit kesulitan karena merupakan hal yang baru bagi mereka, tapi mereka tetap sabar dan selalu mencoba," tambah Ardini.
Masyarakat Kelurahan Panularan menyambut Sosialisasi Digitalisasi UMKM dengan respons positif. Ely ernawati, perintis UMKM anyar yang menjual panganan putu ayu dan wingko babat, merasa sangat terbantu dengan pembuatan katalog oleh mahasiswa. "Saya ini mulai usaha masih baru banget, jadi masih perlu bimbingan. Dan kebetulan Mas, Mbak KKN ada kegiatan seperti ini," kata Ely.
Sebagai ungkapan terima kasih, Ely kemudian membagikan putu ayu kepada para mahasiswa. Tak beberapa lama, panganan itu sudah ludes dilahap oleh mahasiswa. Satu lagi bukti kemitraan antara mahasiswa dan masyarakat selalu melahirkan chemistry yang kuat dan hal-hal positif. (dru)
Baca juga: