"WOI, Rosimin! Kemana aja lu?”. Begitu kira-kira panggilan akrab di tongkrongan yang menjadi ciri khas Indonesia banget. Padahal nama aslinya Johan, tapi yang dipanggil malah nama bapaknya. Kalau kamu pernah merasakan hal yang sama, beruntunglah kamu punya banyak teman yang seru dan gokil.
Kalau sudah ngumpul sama anak tongkrongan, mau sebagus dan sebaik apa pun nama asli yang diberikan, semua itu sirna. Enggak cuma generasi 90-an, mungkin generasi 2000-an juga mengalami bagaimana rasanya dipanggil dengan sebutan nama orang tua mereka. Sebagian ada yang merasa jengkel, sebagian juga ada yang menerima begitu saja sebagai tanda keakraban.
Sejarah ini sebenarnya terjadi ketika duduk di bangku SD atau SMP. Waktu awal-awal masuk sekolah, karena baru kenal, sangat wajar jika kita memanggil nama asli mereka. Bahkan beberapa orang ada yang menargetkan kalau di setiap tahap pendidikan baru tidak ingin dipanggil yang aneh-aneh. Cukup nama panggilan yang biasa digunakan saja.
Baca juga:

Momen yang paling menegangkan adalah ketika menerima rapot di setiap pergantian semester. Bukan karena takut nilainya, tapi takut nama orang tua mereka ketahuan dengan teman-teman satu circle-nya. Begitu keluar dari kelas, alasannya sih mau membandingkan nilai, tapi yang dibuka malah lembar awal rapot. Di sinilah titik peperangan sepanjang masa terjadi.
Jiwa 'FBI' mereka sebenarnya tidak hanya dari rapot saja. Ada alternatif yang bisa mereka dapatkan, bisa dari buku refleksi atau bertanya ke orang terdekat dari teman mereka. Informasi-informasi ini bisa saja mereka temukan demi mengetahui nama orang tua.
Enggak bisa dimungkiri, memang bete dan jengkel awalnya ketika kita dipanggil dengan nama orang tua kita. Biasanya, panggilan itu diucapkan dari mereka yang hampir setiap hari bermain dengan kita, bukan yang hanya sekadar basa-basi. Butuh waktu tertentu untuk pada akhirnya bisa menerima panggilan akrab tersebut.
Baca juga:
Tipe-Tipe Tongkrongan Anak Muda Jakarta yang Harus Kamu Tahu

Masalah baru pun muncul ketika panggilan akrab tersebut dibawa-bawa ketika bertamu ke rumah mereka. Karena sudah terlalu biasa, malah enggak bisa mengendalikan diri. Terbayang kan gimana rasa malunya kalau orang tua mereka mendengar?
Lucunya lagi, saking melekatnya nama panggilan orang tua tersebut, mereka bisa lupa dengan nama asli kita. Jadi enggak heran kalau sudah dewasa atau memasuki jenjang tertentu, teman-teman satu tongkrongan lebih nyaman memanggil sebutan yang mereka berikan. Bahkan merasa canggung kalau memanggil nama asli kita. Aneh.
Nah kalau kamu pernah merasakan hal yang sama, ada satu fakta menarik yang bisa diambil. Tanpa disadari, siapa pun yang mendapat nama panggilan orang tua atau yang lain, biasanya adalah orang mudah bergaul dan punya teman loyal. Di mata mereka, kamu orangnya asyik, bisa diajak bercanda, dan jadi orang yang akan selalu diingat. (and)
Baca juga:
Gegayaan Anak Tongkrongan dari Motornya, Beat Modif Juaranya