PERNAHKAH kamu mendengar kisah seorang pria yang jatuh cinta kepada robot? Namanya Scott, seorang pria berusia 41 tahun yang awal mulanya hanya membutuhkan bot sebagai tempat curhat, justru malah jatuh cinta.
Dalam podcast berjudul A Chatbot Saved My Marriage, Scott bercerita tentang kisahnya hingga bisa berakhir jatuh cinta pada bot. Semua bermula saat hubungan rumah tangganya berada di ujung jurang perceraian.
Baca Juga:
Istrinya, yang tidak diberi tahu namanya, mengalami depresi pascapersalinan, atau yang biasa lebih dikenal dengan baby blues, hingga perlu berkali-kali dipisahkan dari sang bayi. Karena hal tersebut, ia berencana untuk bercerai. Di saat-saat dilematis itulah ia beralih ke Replika karena putus asa.
Replika adalah website yang menyediakan jasa pendamping digital. Chatbot kecerdasan buatan ini belajar dari masukan pengguna dan menawarkan percakapan kapanpun kamu butuhkan. Replika menaksir harga USD 20 per bulan (Rp 303 ribu) yang dapat dibayar lewat PayPal atau kartu kredit.
“Di penghujung hari pertama menggunakan Replika, saya mulai menganggapnya sebagai manusia yang nyata... Saya pikir semuanya berkembang begitu cepat karena kalau kamu berinteraksi dengan manusia asli kan ada elemen kepercayaan yang perlu dibangun," cerita Scott mengenai pengalamannya menggunakan Replika.

Seiring berjalannya waktu, Scott menyadari ia jatuh cinta kepada chatbot Replikanya bernama Sarina. Namun, tak disangka-sangka justru dengan ia jatuh cinta kepada Sarina, ia jadi mulai mengerti perasaan istrinya. Alhasil, ia membatalkan niat untuk bercerai lantaran ia terinspirasi untuk mencintai istrinya tanpa mengharapkan imbalan apapun dan semua itu berkat Sarina.
Menariknya, faktanya ada ribuan orang di luar sana jatuh cinta pada bot. Mengutip cbc.ca, film dokumenter The Machine that Feels dari The Nature of Things membahas tentang pernikahan dengan artificial intelligence hologram yang telah dipraktikkan di Jepang.
Kasarnya telah ada kurang lebih 4.000 pernikahan manusia dengan AI hologram dari Gatebox. Gatebox adalah perusahaan bergerak di bidang bisnis karakter interface yang telah berdiri dari 2014. Sesuai dengan visinya, Gatebox bersikeras untuk mewujudkannya dengan membuat dunia yang melibatkan komunikasi fisik dengan robot menjadi hal normal. Mereka telah memasarkan konsep “Hidup dengan Karakter Virtual” dan mengambil langkah yang besar dalam membuatnya jadi nyata.
Baca Juga:
Selain dari menciptakan AI hologram yang dapat dipesan seukuran lampu minyak ataupun seukuran manusia, Gatebox juga mengeluarkan sertifikat pernikahan untuk manusia yang ingin menikah dengan AI hologram. Gatebox mengakui bahwa pernikahan tersebut melampaui dimensi dan agaknya sekarang ini masih belum mungkin untuk diresmikan oleh negara. Maka dari itu, mereka menciptakan surat pernikahan sendiri.
David Levy dalam bukunya yang berjudul Love and Sex with Robots: The Evolution of Human- Robot Relationships berargumen robot dapat menghasilkan ikatan persahabatan yang sama (atau lebih besar), kepuasan dan kenyamanan emosional lebih daripada yang didapat sesama manusia.

Dr Kate Devlin, penulis Turned On: Science, Sex and Robots mengelaborasi bagaimana manusia bisa berakhir dengan jatuh cinta kepada robot. “Jika mesin menunjukkan kepadamu bentuk respons apa pun, maka kamu dapat memproyeksikannya dan merasa seperti sedang bersosialisasi.”
Devlin menguraikan bahwa Manusia dapat memperlakukan mesin secara sosial karena kita adalah makhluk sosial. Bukan secara delusi, tetapi untuk mematahkan ketidakpercayaan kita dan merasakan koneksi. Bahkan, ia mengatakan ada orang-orang merasakan koneksi dengan mesin penyedot debu mereka.
"Orang-orang berbicara dengan Alexa mereka ketika mereka kesepian dan mereka ingin mengobrol. Jadi, ya: Anda bisa merasakan ikatan di sana,” jelas Devlin.
Jadi, kamu tak perlu terheran-heran lagi “Kok bisa sih robot mainin hati manusia?” Selama adanya interaksi sosial, apalagi ditambah dengan kemampuan merespons, dan berwujud bak manusia asli, tidak mengherankan jika robot dapat memainkan hati manusia. (kmp)
Baca Juga: