Ketersedian Pangan Salah Satu “Jurus Ampuh” Lawan Corona

Zulfikar SyZulfikar Sy - Minggu, 03 Mei 2020
Ketersedian Pangan Salah Satu “Jurus Ampuh” Lawan Corona
Situasi panen jagung oleh petani di Provinsi Lampung, (ANTARA/HO)

MerahPutih.com - Dampak pandemi corona atau COVID-19 menyasar hampir semua sisi kehidupan. Tidak hanya menghantam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di seluruh dunia, kini wabah corona juga berpotensi mengarah pada krisis pangan global.

Terlebih belum ada kepastian kapan wabah ini berakhir. Bahkan, sejumlah negara menghadapi gelombang kedua penyebaran virus corona. Padahal, ketersedian pangan menjadi salah satu “jurus ampuh” bagi negara di seluruh dunia untuk bisa menang melawan virus ini.

Baca Juga:

Pagebluk COVID-19, Bulog Surakarta Pastikan Stok Beras 15.400 Ton Cukup Sampai 6 Bulan

Anggota Komite II DPD RI yang membidangi persoalan pertanian dan perkebunan Fahira Idris mengungkapkan, peringatan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) akan potensi defisit, kelangkaan, dan darurat pangan di tengah pandemi virus corona sangat beralasan.

Hal ini mengingat penyebaran virus ini telah menganggu produksi dan rantai distribusi pangan baik dalam skala lokal (dalam sebuah negara) maupun skala internasional.

“Di tengah pandemi seperti saat ini, selain berbagai kebijakan dan aksi negara mencegah penyebaran corona, kecukupan dan ketersedian bahan pangan menjadi amunisi utama negara-negara di dunia untuk bertahan bahkan memenangkan ‘pertempuran’ melawan virus ini," kata Fahira Idris dalam keterangannya di Jakarta (30/4).

Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi (topi hitam) bersama petani memanen bawang merah di Desa Liang Pematang, Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deliserdang, Sabtu (2/5/2020). (ANTARA/HO)
Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi (topi hitam) bersama petani memanen bawang merah di Desa Liang Pematang, Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deliserdang, Sabtu (2/5/2020). (ANTARA/HO)

"Karena pangan jadi amunisi utama maka berbagai strategi harus ditempuh agar tidak terjadi defisit, kelangkaan apalagi sampai darurat pangan. Ini harus jadi concern semua negara di dunia, termasuk Indonesia tentunya,” sambung Fahira.

Menurut Fahira, sebagai sebuah negara besar baik dari sisi wilayah maupun jumlah penduduk, kecukupan dan ketersedian bahan pangan terutama di tengah pandemi seperti saat ini tentu menjadi tantangan yang tidak ringan.

Apalagi, kata dia, masih ada sejumlah kebutuhan bahan pangan kita yang masih mengandalkan impor karena produksi di dalam negeri belum mencukupi permintaan. Kurang meratanya distribusi bahan pangan juga harus menjadi perhatian khusus untuk menjamin ketersediaan di setiap wilayah terjaga.

Baca Juga:

Unik, Upacara Hardiknas di Yogyakarta Digelar via Daring

“Tentunya agar ini (defisit pangan) tidak terjadi, kita harus cepat mendeteksi kondisi pangan saat ini dan prediksi ke depan. Kemudian merespons dan bergerak dengan cepat, susun langkah-langkah antisipasi dan formulasi solusi untuk menangkal agar tidak terjadi krisis pangan. Jika di sebuah daerah misalnya ada komoditas pangan yang defisit, salah satu solusinya bisa menyuplai bahan pangan dari daerah lain yang kebetulan surplus,” ujar Senator DKI Jakarta ini.

Selain itu, sambung Fahira, pandemi yang terjadi saat ini juga menjadi momentum bagi kita semua untuk memformulasikan kembali konsep ketahanan pangan nasional agar tetap kuat terhadap terpaan krisis baik wabah ataupun ancaman lain.

"Salah satu yang perlu kita pikirkan ulang adalah bagaimana semua pemangku kepentingan sungguh-sungguh mencegah masifnya konversi lahan pertanian diakibatkan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan industri. Bagaimanapun juga, ketersedian lahan adalah syarat utama ketahanan pangan," kata Fahira. (Pon)

Baca Juga:

Kemendikbud: Kolaborasi Kunci Kesuksesan Kegiatan Belajar Mengajar dari Rumah

#Stok Pangan #Ketahanan Pangan #COVID-19 #Virus Corona
Bagikan
Ditulis Oleh

Ponco Sulaksono

Bagikan