Kesehatan

Ketar-ketir Pejuang Autoimun Jaga Kewarasan

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Minggu, 04 Oktober 2020
Ketar-ketir Pejuang Autoimun Jaga Kewarasan
Cerita dari para pejuang autoimun dalam hadapi masa pandemi. (Foto: Pexels/@Anna Shvets)

SEBAGAI seorang pengidap penyakit autoimun, pandemi jelas jadi mimpi buruk buat saya. Sebelum ini terjadi, saya dan pejuang autoimun lainnya saja sudah begitu khawatir dengan kondisi tubuh sendiri karena antibodi dalam tubuh yang menyerang diri sendiri.

Sekarang ditambah dengan keberadaan virus tak kasat mata yang berkeliaran. Jadi semakin pusing, takut, dan khawatir.

Hal ini yang juga ternyata dialami oleh beberapa penyandang autoimun seperti saya. Tiga orang dengan autoimun (Odamun) di bawah ini akan membagikan kisah mereka dalam menghadapi masa pandemi COVID-19.

Baca juga:

Autoimun, Kondisi Abnormal di Dalam Tubuh

Namun sebelumnya, sebenarnya apa sih penyakit autoimun itu? Dan mengapa mereka yang menderitanya harus lebih berhati-hati selama masa pandemi.

Mengenal autoimun dan bahayanya di masa pandemi

Pejuang Autoimun vs Pandemi COVID-19
Ada lebih dari 80 jenis penyakit autoimun. (Foto: Autoimun Indonesia)

Autoimun adalah sebuah kondisi dimana sistem imun dalam tubuh menyerang diri sendiri, demikian dilansir dari laman Healthline. Antibodi ini seharusnya menjaga tubuh dari serangan bakteri dan virus.

Namun pada penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh malah menyerang sel-sel sehat karena dikira benda asing. Belum diketahui alasan mengapa sistem imun menyerang tubuh sendiri, tetapi kemungkinan besar terjadi karena faktor genetik, lingkungan, dan pola konsumsi makanan.

Ada lebih dari 80 jenis penyakit autoimun. Beberapa di antaranya yang paling umum ialah Diabetes Tipe 1, Rheumatoid Arthritis, Psoriasis, Multiple Sclerosis, lupus (SLE), Graves' Disease, Sjorgen Syndrome, Hashimoto's, Myasthenia Gravis, Celiac Disease, dan lainnya.

Penyakit autoimun tidak bisa disembuhkan, namun obat-obatan bisa mengontrol imun yang terlalu aktif dengan menggunakan obat anti radang serta obat imunosupresan. Kedua obat itu berguna untuk menekan serta mengurangi kekuatan sistem imun tubuh.

Di masa pandemi ini, orang-orang dengan autoimun termasuk salah satu golongan yang rentan dan berisiko terpapar virus COVID-19. Mengutip Benaroya Research Institute, kondisi autoimun memang menyebabkan antibodi jadi lebih aktif namun sayangnya bukan aktif melindungi diri dari virus, melainkan semakin aktif menyerang tubuh sendiri.

Di satu sisi antibodi memang bisa membantu melawan, tapi di sisi lainnya justru jadi bumerang yang malah memperparah gejala autoimun. Jadi jika orang-orang sehat bisa mengonsumsi berbagai obat peningkat daya tahan tubuh, tidak demikian dengan Odamun.

Lebih lanjut, penggunaan obat imunosupresan berfungsi untuk menekan dan mengurangi kekuatan sistem imun. Hal ini membuat mereka yang mengkonsumsinya jadi semakin rentan terpapar virus COVID-19 karena antibodinya dibuat melemah.

Kekhawatiran Odamun menghadapi pandemi COVID-19

Pejuang Autoimun vs Pandemi COVID-19
Orang dengan autoimun merasa takut dan khawatir di masa pandemi ini. (Foto: Pexels/@Kat Jayne)

Ketika mengetahui hal tersebut apa yang dirasakan oleh penyandang autoimun? Bagi saya sendiri sebagai pengidap dua jenis autoimun, yaitu Myasthenia Gravis dan Graves' Disease, pandemi jelas membuat saya ketar-ketir.

Selama hampir setahun terakhir ketika autoimunnya kambuh, saya harus siap tidak bisa berjalan, berdiri, atau pun mengangkat tangan karena antibodi saya menyerang sistem otot dan menjadikannya lemah.

Pernah suatu waktu ketika meminum jahe yang katanya baik buat menjauhkan virus COVID-19 ternyata justru malah memperparah gejala Myasthenia Gravis saya. Apalagi saya tetap harus bolak-balik ke rumah sakit karena harus menjalani operasi.

Takut dan khawatir? Jelas. Orang-orang lain sebisa mungkin menghindari rumah sakit, ini saya malah harus melangkahkan kaki ke sana. Kadang jadi takut dan panik sendiri kalau harus pergi.

Memakai masker dan langsung mandi sesampainya di rumah jadi salah satu rutinitas harian. Sampai-sampai merasa lelah karena harus takut terus-menerus. Kadang sampai salut sama diri sendiri kalau saya masih bisa 'waras' di masa pandemi ini.

Ternyata saya tidak sendiri. Teman-teman pejuang autoimun lain juga mengalami hal serupa. Esti Purbiningrum, Arienta Widiyanisari, dan Maria Ajeng Rosari ialah segelintir orang pengidap autoimun.

Mereka sadar betul autoimmune warrior merupakan salah satu golongan yang rentan terpapar virus. Apalagi ketiganya mengonsumsi obat imunosupresan untuk membantu melawan penyakitnya.

Ajeng yang menderita sakit Psoriasis selama tujuh tahun mengalami ketakutan dan kekhawatiran di awal masa pandemi karena sedang menjalani terapi imunosupresan.

Selain itu, ia tetap harus pergi ke rumah sakit untuk menjalani pengobatan karena masalah kulit akibat Psoriasisnya. Perasaan takutnya memuncak ketika mengetahui ada tetangganya yang terpapar COVID-19.

Informasi tersebut meningkatkan kekhawatiran dan rasa stresnya sampai-sampai membuatnya tidak bisa tidur dan sakit kepala.

Lain lagi dengan Esti, seorang ibu tiga anak berumur 48 tahun. Sedari SMP dia sudah menderita penyakit Psoriasis dan selama 10 tahun terakhir dirinya harus berjuang menghadapi Psotriatric Arthritis.

Penyakit ini menyerang sendi dan kulitnya. Setiap harinya bangun dari tempat tidur saja sudah merupakan sebuah perjuangan baginya.

Jadi di awal masa pandemi ia memang merasa sedikit stres karena mendengar omongan menyeramkan dari orang lain dan banyak membaca maupun menonton berita. Belum lagi masih harus bekerja menghasilkan uang agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Arienta, seorang karyawan umur 24 tahun ialah pengidap autoimun Rheumathoid Arthritis. Selama lima tahun terakhir, autoimunnya itu selalu membuatnya merasa kesakitan pada bagian sendi-sendinya. Maka dia tidak bisa lepas dari obat imunosupresan untuk membantunya menjalani hari.

Panik dan bingung ketika harus ke luar rumah terutama untuk pergi bekerja menjadi perasaannya di awal pandemi merebak.

"Awalnya takut dan khawatir, lalu inget lagi bahwa '=autoimmune survivor'= sebisa mungkin tidak boleh stres, jadi ya sudah dibawa happy saja sambil benar-benar memperhatikan kebersihan dan kesehatan sendiri," jelasnya.

Baca juga:

Kelola Stres Kalau Tak Ingin Terkena Penyakit Autoimun

#Kesehatan #Penyakit Autoimun #COVID-19 #Virus Corona #Oktober Satgas Waras
Bagikan
Ditulis Oleh

Samantha Samsuddin

Be the one who brings happiness
Bagikan