Ketangguhan Pemudi Magang Memahami Seluk-Beluk Dunia Disabilitas

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Selasa, 12 Oktober 2021
Ketangguhan Pemudi Magang Memahami Seluk-Beluk Dunia Disabilitas
Komunikasi tanpa mengeluarkan bunyi tapi paham satu sama lain. (Unsplash -Jo Hilton)

HALINA Glorya Sihombing (21) sibuk berkomunikasi di ruang redaksi salah satu media kawasan Gading Serpong, Tangerang. Ia sedang mengerjakan dua artikel liputan. Meski sibuk berkomunikasi, tak sedikit pun suara keluar dari mulutnya. Lina, sapaan karib Halina, lantas menutup komunikasi dengan gerakan tangan membentuk beberapa huruf. Seluruh mitra komunikasinya seisi ruangan pun mengangguk setuju.

“Teman-teman dengar nan magang di KamiBijak diajarkan kok bahasa isyarat mulai dari abjad A-Z terus belajar bahasa isyarat masih ringan gitu," kata Lina kepada Merahputih.com.

Baca Juga:

Potret Percintaan Pemuda Negeri Aing dalam Film

Ia sedang magang menjadi jurnalis dari media KamiBijak, singkatan Kami Berbahasa Isyarat Jakarta, sebuah platform media sebagai wadah berekspresi teman-teman disabilitas.

Lina bukan disabilitas. Sejak awal magang, Lina harus segera mempelajari lingkungan kerja, terutama komunikasi, dengan para pekerja di media rintisan Paulus Ganesha Aryo Prakoso dari 19 September 2018. Terdapat 11 pekerja di KamiBijak, namun tidak seluruhnya disabilitas.

tuli
Media KamiBijak singkatan “Kami Berbahasa Isyarat Jakarta’. (IG@kamibijakid)

Selain Lina, ada empat orang teman dengar atau sebutan bagi teman-teman bukan disabilitas, meliputi satu anggota Marketing Communication, dua anggota sosial media, dan satu editor.

Tugas Lina di antaranya berkomunikasi antara dua orang berbicara ataupun disabilitas, menghasilkan topik diketahui keduanya. Namun, bagaimana komunikasi antara orang berbicara dan disabilitas.

Ketika magang di KamiBijak, Lina menemukan hal menarik di dalamnya. Banyak pelajaran diperolehnya, salah satunya rasa rasas bersyukur.

Ia terdorong mencari tantangan dan ilmu baru di KamiBijak. Berkomunikasi dengan teman-teman disabilitas, atau lebih senang dipanggil teman Tuli, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Cara membuka pembicaraannya pun berbeda. Oleh karena itu, Lina memotivasi dirinya mempelajari seluruh bahasa isyarat diajarkan di KamiBijak.

tuli
Halina memotivasi diri mempelajari seluruh bahasa isyarat di KamiBijak. (IG@halinagloryaa)

KamiBijak sedang menjangkau sebanyak mungkin pemabaca baik kalangan disabilitas dan bukan, melalui pelbagai platform, salah satunya TikTok. Proses pembuatannya melibatkan reporter dan anak magang KamiBijak, termasuk Lina. Lina menjadikan pembuatan konten di TikTok sekaligus jadi modal belajar dan praktik langsung bahas isyarat.

Keuinikan konten dan fokus pada isu disabilitas membuat KamiBijak beroleh penghargaan media paling inspiratif di Asian Para Games 2018.

Baca Juga:

Pemuda Taekwondoin Maluku Berjuang di PON XX Papua 2021

Meski telah belajar secara langsung, terkadang kesulitan berkomunikasi tetap terjadi pada Lina lantaran ada beberapa kata melalui bahasa isyarat kurang dipahami. Namun, ia memiliki solusi sederhana dengan cukup mengatakan apa ingin diucapkan secara perlahan bila kalimat itu kurang dipahami.

Sebab, teman-teman disabilitas mampu membaca gerak bibir orang berbincang dengannya. Solusi paling umum lainnya, adalah mempelajari ulang bahasa isyarat. Meskipun begitu, rekan disabilitas selalu menerima orang-orang berniat mengenal mereka dan kelompoknya.

tuli
Bentuk komunikasi di KamiBijak adalah BISINDO. (Pexels-Cottonbro)

Bentuk komunikasi digunakan di KamiBijak adalah BISINDO. Mengutip laman Klobility, BISINDO atau Bahasa Isyarat Indonesia, merupakan jenis bahasa isyarat kerap ditemukan di kalangan rekan disabilitas maupun Teman Inklusi pengguna bahasa itu.

Bahasa ini dibentuk kelompok Tuli dan muncul secara alami berdasarkan pengamatan para Teman Tuli. Selanjutnya, bahasa isyarat memiliki variasi “dialek” di berbagai daerah. BISINDO disampaikan dengan gerakan dua tangan, meski huruf tertentu memanfaatkan satu tangan.

Selain BISINDO, terdapat juga SIBI. Sistem Isyarat Bahasa Indonesia gubahan teman dengar. Bahasa ini diresmikan oleh pemerintah Indonesia. Namun, jarang digunakan karena bahasa bakunya menyulitkan rekan disabilitas. SIBI disampaikan melalui satu tangan saja.

Lina banyak belajar magang di KamiBijak. (Foto: Dok.Pribadi)

Selain bentuk komunikasi, Lina juga beroleh istilah penting di kalangan teman disabilitas biasa di orang awam lebih memilih Tunarungu karena lebih santun, namun menurut mereka justru semestinya Tuli.

“Kalo tunarungu itu kesannya kasar. kalo tuli lebih sopan. Palingan cuma penulisan tuna rungu tapi teman-teman tuli lebih seneng kalo disebut tuli daripada tuna rungu gitu sih,” katanya.

Melansir laman resmi Universitas Sanata Dharma, dijelaskan perbedaan antara Tunarungu dan Tuli. Tunarungu dinilai sebagai keharusan untuk mengoptimalkan kemampuan pendengarannya melalui berbagai cara agar serupa orang-orang mendengar.

Lalu, Tuli menunjukkan identitas orang tersebut sebagai kelompok masyarakat mempunyai identitas, bahasa, dan budayanya tersendiri. (Bed)

Baca Juga:

Pemuda ARMY Negeri Aing Jadi Jagoan Ngoleksi 'Kertas Ganteng'

#Oktober Pemuda Jagoan Negeri Aing #Penyandang Disabilitas #Tuli #Kesehatan
Bagikan
Bagikan