Ketangguhan CEO Travel Trip Menjalani Usaha Open Trip di Tengah Pandemi

Raden Yusuf NayamenggalaRaden Yusuf Nayamenggala - Kamis, 16 September 2021
Ketangguhan CEO Travel Trip Menjalani Usaha Open Trip di Tengah Pandemi
Kisah ketangguhan CEO Travel Trip dalam menjalani usahanya di tengah pandemi (Foto: Mp/Raden Yusuf Nayamenggala)

SAAT Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, jangan berwisata, keluar rumah saja mesti dengan keperluan penting dan mendesak. Begitu lonjakan kasus harian COVID-19 khususnya varian delta meninggi, banyak aspek kehidupan harus jeda, menghentikan setiap kegiatan tanpa tahu kapan akan kembali aktif.

Bisnis di sektor pariwisata seperti Open Trip, merupakan salah satu sangat terkena dampak di masa PPKM Darurat sampai Level 4.

CEO Travel Trip, Ryan Adinoer Pratama mengungkapkan saat PPKM Darurat membuatnya merasakan dampak begitu besar.

Baca Juga:

Menjelajah Wisata Kawah Putih di Era New Normal Bersama Travel Trip

Pria akrab disapa Rayen tersebut bahkan menjelaskan usahanya sempat tutup selama dua minggu pertama ketika PPKM diperketat. Bahkan ia tidak mempromosikan apapun terkait usahanya.

"Di dua minggu itu gue enggak ngelakuin apapun bahkan gue berhentikan sementara 2 karyawan kerja di kantor, karena gue ada karyawan tetap di kantor 3 dan freelance 17," jelas Rayen saat dihubungi Merahputih.com.

CEO Travel Trip, Ryan Adinoer Pratama (rayyen) tetap berusaha survive di masa pandemi (Foto: instagram @rayyen_traveltrip)

Banyak freelance menggantungkan hidupnya pada pekerjaan di Travel Trip. Hal itu pun lantas membuat hati Rayen tergerak, dan membantu para karyawan sebisanya, meski perusahaan tidak ada pemasukan sama sekali selama dua minggu.

"Untuk semua karyawan gue termasuk freelance, gue tetap ngasih sembako, terus misalnya keuangan mereka lagi enggak ada, gue juga kasih kasbon ke mereka, karena banyak juga karyawan freelance bergantung pada Travel Trip," ujar Rayen.

Tujuan pembagian sembako rutin pada seluruh karyawan, lanjutnya, untuk membantu kebutuhan dapur para karyawan.

Namun, setelah selama dua minggu Travel Trip tidak melakukan pergerakan, Rayen tak lantas berdiam diri. Ia berpikir harus melakukan sesuatu agar tetap bisa mendapat pemasukan.

Akhirnya Rayen memiliki ide membuat iklan dengan memberikan diskon besar-besaran, tapi keberangkatannya setelah PPKM selesai.

Langkah tersebut berbuah manis. Rayen mengaku ternyata masih banyak para peminat jasa open tripnya.

Rayen mengambil langkah memberikan diskon besar-bbesaran dan membuka booking open trip dari jauh hari, dengan keberangkatan saat ppkm selesai atau dilonggarkan (Foto: instagram @traveltrip_id)

"Dengan diskon besar-besaran itu gue masih bisa survive sampe sekarang ini," katanya. Ia membanderol harga semula Rp200 ribu menjadi cuma Rp77 ribu agar pelanggan tertarik. Hasilnya, banyak orang mendaftar meski berangkatnya setelah PPKM. "Nah dari situlah keuangan perusahan gue masih bisa muter".

Langkah diambil dengan pemesanan tiket jauh-jauh hari tersebut sempat menuai berbagai komplain. Berkali-kali perjalanan mundur dari tanggal keberangkatan sudah dijadwalkan.

Namun, hal itu bukan pembatalan sepihak dari pihak Travel Trip, melainkan karena Rayen berusaha mengikuti aturan dari Pemerintah.

Baca Juga:

Menelusuri Keindahan Pulau Pari Bersama Travel Trip

"Ada aja pelanggan komplain dimundurin lagi. Kalo kami sih kembali lagi ke peraturan awal, keberangkatan akan menyesuaikan PPKM selesai dan dibukanya tempat pariwisata, sesuai dengan aturan pemerintah," ujarnya.

Ketika usahanya kembali dibuka dan keuangan perusahaan belum begitu stabil, Rayen terpaksa harus merogoh tabungan pribadinya untuk memberikan gaji penuh pada karyawannya, dan mempekerjakan kembali dua karyawannya di kantor setelah diberhentikan sementara.

Pada saat memberikan diskon besar-besaran, Rayen mengaku tidak mengalami rugi karena jumlah peserta trip mendaftar ratusan orang. Baginya terpenting keuangan perusahaan bisa berjalan kembali.

Meski begitu, Rayen tak menampik mengalami penurunan peserta cukup signifikan dibanding sebelum adanya PPKM.

Meski mengalami penurunan peserta trip paska PPKM, namun Travel Trip perlahan berusaha untuk bangkit kembali (Foto: Mp/Rizki Fitrianto)

"Omset turun, biasanya 100%, mungkin hanya 50-60%. Penurunannya drastis, terus di tempat wisata enggak semua orang pengen ke sana, karena ribet kayak ke tempat wisata harus menunjukan surat vaksin atau antigen, sehingga jadi kendala mau liburan," ungkap Rayen.

Namun, dari banyaknya kesulitan dan hambatan di tengah pandemi, Rayen mengaku jadi mendapat banyak pelajaran berharga.

"Dari pandemi ini gue belajar harus siapkan tabungan ke depannya untuk kebutuhan lagi susah. Jadi di saat gue ngalamin kayak begini, gue enggak kaget, karena gue punya tabungan buat ngehandle semua ini," ungkap Rayen.

Di tengah banyaknya hambatan dan pembatasan menyulitkan usaha open trip miliknya, Rayen tetap tidak lupa untuk berbagi kepada sesama. Travel Trip belum lama menggelar liburan gratis bagi anak yatim di wilayah Jabodetabek.

Kegiatan tersebut sebenarnya sudah direncanakan dari 2 tahun lalu, karena pandemi jadi tertunda. Hingga saat pandemi di Tanah Air mulai mereda, Rayen dengan Travel Trip-nya bisa melaksanakan liburan gratis bagi anak yatim.

Rayen berharap pemerintah semakin memperhatikan pelaku pariwisata karena banyak orang menggantungkan hidupnya di sektor pariwisata. (Ryn)

Baca juga:

Jelajah Lereng Merapi dengan Jeep Bersama Travel Trip

#September Jagoan Tangguh Negeri Aing #Wisata #Pariwisata Indonesia
Bagikan
Ditulis Oleh

Raden Yusuf Nayamenggala

I'm not perfect but special
Bagikan