Relasi

Kesetaraan dan Keintiman Semu di Media Sosial

P Suryo RP Suryo R - Kamis, 24 Juni 2021
Kesetaraan dan Keintiman Semu di Media Sosial
Media sosial memberikan kesemuan keintiman. (Foto: Unsplash/Merakist)

SUDAH bukan rahasia lagi bila media sosial memiliki dampak positif dan negatif. Beberapa dampak yang ditimbulkan dari media sosial adalah adanya kesetaraan semu hingga keintiman semu, kata Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof. Deddy Mulyana, PhD.

Deddy menyampaikan hal tersebut saat menjadi pembicara pada diskusi virtual Satu Jam Berbincang Ilmu Komunikasi Antarbudaya di Era Digital: Tantangan dan Paradoks yang digelar Dewan Profesor Unpad, akhir pekan lalu.

Baca Juga:

Ketergantungan Media Sosial Menimbulkan Sindrom FOMO

medsos
Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Prof. Deddy Mulyana PhD, banyak orang mengunggah foto-foto yang bagus meskipun fakta yang sebenarnya tidak seperti itu. (Foto: Dok. Unpad)

Media sosial menurutnya telah menciptakan perilaku iri hati dan ilusi. “(Di media sosial) banyak orang mengunggah foto-foto yang bagus meskipun fakta yang sebenarnya tidak seperti itu. Akhirnya kita terobsesi dengan segala hal, hubungan, dan gaya hidup yang tidak nyata,” tutur pakar komunikasi antarbudaya ini.

Tak hanya itu, Deddy Mulyana melihat perkembangan teknologi komunikasi, terutama media sosial, cenderung digunakan untuk saling menghancurkan. Padahal seyogianya media sosial dipakai untuk memudahkan antarbangsa maupun komunitas untuk melakukan pertukaran budaya yang saling menguntungkan.

Deddy memaparkan, media sosial dapat menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Fenomena ini diperkuat dengan adanya temuan riset di Amerika Serikat pada 2009 ketika media sosial Facebook dan Twitter tengah populer.

Baca Juga:

Yuk Sembuh dari Ketergantungan Media Sosial Biar 'Sane'

medsos
Berbagai peristiwa, konflik, hingga polarisasi politik kerap muncul akibat pengaruh media sosial. (Foto: Unsplash/Austin Distel)

Hasil riset tersebut memprediksikan bahwa dua media sosial tersebut dapat menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. “Gejala-gejala ini sudah lama terlihat di seluruh dunia, termasuk di negara kita,” katanya.

Berbagai peristiwa, konflik, hingga polarisasi politik kerap muncul akibat pengaruh media sosial. Salah satu pengaruh tersebut adalah masifnya peredaran hoaks di media sosial. Prof. Deddy mengatakan, banyak dari perilaku hoaks di media sosial yang berujung pada kerusuhan dan pembunuhan.

Karena itu, menyongsong era masyarakat digital 5.0, Prof. Deddy menekankan perlunya keseimbangan teknologi dan kesejahteraan sosial. Komunikasi tatap muka tetap diutamakan ketimbang komunikasi via media digital. “Media sosial hanya dijadikan sebagai pelengkap,” kata Prof. Deddy.

Ia menegaskan, penguatan pendidikan karakter dan literasi digital juga diperlukan, baik di tingkat keluarga hingga lembaga pendidikan. Selain itu, peran pemerintah melalui penerapan peraturan perundang-undangan juga diperlukan. (Imanha/Jawa Barat)

Baca Juga:

Tips Pemasaran Produk UMKM Melalui Media Sosial

#Media Sosial #Sosial Media
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love
Bagikan