KESEHATAN mental harus diakui kerap terbaikan. Karena sifatnya tak terlihat, kadang tak disadari penderitanya maupun orang di sekelilingnya. Celakanya lagi ada stigma buruk terhadap kesehatan mental ini.
Kesehatan mental sering distigmatisasi karena kurangnya pemahaman tentang apa itu kondisi kesehatan mental dan bagaimana rasanya hidup dengan kondisi kesehatan mental. Stigma juga bisa muncul dari pemikiran pribadi atau keyakinan agama tentang orang yang memiliki kondisi kesehatan mental.
Baca Juga:

Umumnya, kurangnya pemahaman tentang kesehatan mental, serta asumsi berbahaya tentang orang yang hidup dengan kondisi kesehatan mental, inilah inti dari bias atau stigma. Hal ini dapat mengakibatkan penghindaran, penolakan, infantilisasi, dan diskriminasi lainnya terhadap orang-orang yang memiliki kelainan saraf atau memiliki kondisi kesehatan mental.
Kunci penting bagi kesehatan mental adalah pengelolaan diri. Ini dapat mempengaruhi pola pikir, perasaan, dan tindakan yang diambil. Sikap tersebut dapat mengatur kognisi, emosi, dan tingkah laku seseorang untuk beradaptasi sesuai tuntutan lingkungan yang selalu berganti.
Bagus Takwin, dosen dan Ketua Laboratorium Kognisi, Afek dan Well-being Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, menegaskan bahwa perlunya menjaga keseimbangan kontrol diri.
Pandemi yang dialami masyarakat turut mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Seperti Psikolog Klinis Dewasa, Nago Tejena. Menurut Nago, kesehatan mental bisa dipelihara, seperti melakukan hobi, menjaga hubungan sehat, berdamai dengan keadaan, dan sebagainya.
Baca Juga:

Yang tak kalah penting adalah kesehatan mental anak-anak. Tahap penting perkembangan mental umumnya terjadi saat masa kanak-kanak dan remaja. Di masa ini, perkembangan otak berlangsung begitu cepat. Jika anak tumbuh dengan pengalaman negatif, seperti menjadi korban kekerasan atau bullying, risiko anak mengalami gangguan kesehatan mental akan meningkat.
Dalam hal ini peran orangtua sangatlah penting. Mau mendengarkan keluh kesah dan mendukung aktivitas anak dapat membangun ikatan emosional antara anak dan orang tua. Ini membuat anak percaya bahwa kamu adalah tempat yang aman untuk berkeluh-kesah. Sehingga tidak ada hal yang perlu disembunyikan saat ia merasa kesulitan di sekolah.
Dalam perkembangan di masyarakat, kesehatan mentl mulai mendapatkan perhatian. Salah satu untuk tetap menjaga mental yang sehat adalah melakukan pelancongan. Seperti yang dikatakan oleh Chief Marketing Officer Traveloka Shirley Lesmana mengatakan bahwa Staycation dan Workcation didorong oleh kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan mental di tengah berbagai keterbatasan.
Kesehatan mental saat ini dipandang sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Kepedulian pada kesejahteraan mental mendorong seseorang untuk tetap menjaga 'kewarasan' dengan melakukan berbagai hal yang membuat mental menjadi bugar. (psr)
Baca Juga: