Merahputih.com - Partai Demokrat (PD) diminta tak menganggap remeh munculnya isu Kongres Luar Biasa (KLB) yang disuarakan sejumlah mantan kader dan elite partai. Sebab, isu KLB ini bisa membuat persiapan Demokrat untuk Pemilu 2024 terganjal.
Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie menilai, sejumlah kader yang mendeklarasikan KLB ini merasa memiliki partai dan mengklaim telah berkeringat mendirikan partai.
"Saya lihat sebuah kesalahan fatal Partai Demokrat memecat Damrizal, Jhoni Marbun dan sejumlah kolega mereka lainnya. Ini barangkali agak blunder bagi Demokrat," katanya saat dihubungi wartawan, Kamis (4/3).
Baca Juga:
Jerry melihat, gelombang arus penolakan terhadap kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono dan desakan take over partai ini mulai mencuat dan tak bisa dianggap enteng.
Karena belakangan isu ini membawa sentimen kubu mantan Sekjen Partai Marzuki Alie serta petinggi PD Hencky Luntungan sebagai salah satu inisiator KLB.
"Memang saya nilai dengan keluarnya sejumlah nama seperti Max Sopacua, Roy Suryo sampai Marzuki Alie partai ini mulai pincang. Belum lagi SBY tak 100% membesarkan Demokrat usai istri tercinta Ani Yudhoyono wafat," ujarnya.
Jerry mengatakan, PD yang disebutnya identik dengan kudeta setidaknya tampak dari dugaan pengambilalihan paksa kepemimpinan Anas Urbaningrum pada saat KLB 2013 di Bali.
Tentang hal ini, Jerry mengatakan sudah diungkapkan oleh para mantan petinggi partai seperti Jhoni Allen Marbun dan Gede Pasek Suardika. "Memang dari pendiri menyebut SBY bukan pendiri dan tidak berkeringat jadi ini modal kuat untuk menggoyang kepemimpinan AHY," pungkas dia.

Ia juga melihat kemunculan dan keterlibatan para pendiri partai Demokrat bukan tanpa alasan. Partai yang mengantarkan SBY jadi presiden RI tersebut elektabilitas dan popularitasnya terus tergerus.
Berdasarkan catatan partai Demokrat pada tahun 2009 mencapai 25 persen dan berhasil bertengger di 5 besar. Prestasi puncak partai Demokrat pada pemilu tahun 2009 elektabilitas partai ini yaitu 25,39% suara, perolehan suara yang didapat meningkat tiga kali lipat.
Sejumlah partai pun berebut ingin berkoalisi dengan Partai Demokrat di antaranya PKS, PKB, PPP dan PAN. Bencana datang saat sejumlah kader Demokrat tersandung perkara rasuah. Apalagi sang ketua umum mereka Anas Urbaningrum dicokok KPK.
Jadilah pada pemilu di tahun 2014 Partai Demokrat merosot drastis, perolehan suara mereka turin drastis dari 25,39% suara menjadi 10,19% suara. Publik mulai tak percaya dan image negatif disematkan kepada Partai Demokrat sebagai partai terkorup di Indonesia. "Dan kini pendiri Demokrat ingin ada perubahan," kata Jerry.
Wajar lanjut Jerry kalau para pendiri khawatir akan masa depan partai ini pasalnya grafik perolehan suara dan kursi terus terperosok.
Baca Juga:
Dengan perolehan tersebut, Partai Demokrat meraih peringkat ke 5 Pemilu Legislatif 2004. Pada 2009 mereka menyalip PDIP dan Golkar dengan meraup 148 kursi di DPR. Ini sungguh fantastis. Dan seiring berjalannya waktu partai ini terus merosot.
Tidak hanya itu saja 'penyakit' yang menjalar di tubuh Demokrat. Menurut Jerry, faktor lemahnya strategi partai yang menyebabkan guncangan hebat di internal. Mereka tidak merangkul para tokoh senior dan pendiri.
"Nah ketidakpuasan para pendiri yang menyebabkan partai ini goyah. Dan ini menjadi bumerang dan bom waktu bagi AHY," terang Jerry. (Knu)