Kerupuk, Teman Garing Made In Negeri Aing

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Kamis, 03 Juni 2021
Kerupuk, Teman Garing Made In Negeri Aing
Kerupuk rambak dikabarkan sebagai kerupuk tertua dalam sejarah Indonesia. (Foto [email protected])

"SUARA, meruapakan indera perasa paling sering dilupakan," begitu kata Prof Charles Spence, Eksperimental Psikolog asal Oxford University. Setiap orang, bebernya, bisa tahu tekstur makanan, seperti renyah, garing, dan kriuk melalui suara pengunyahan.

Melalui kajian di bidang ilmu saraf kognitif, Charles Spence coba merevolusi pemahaman tentang betapa petingnya suara di dalam pengalaman kenikmatan saat makan dan minum.

Di Indonesia, pemahaman tentang suara sebagai bagian dari kenikmatan makan bahkan sudah menjadi kebutuhan. Enggak heran bila masyarakat Negeri Aing senang makan besar ditemani kerupuk.

Baca juga:

Barang Made in Negeri Aing Naik Kasta di Luar Negeri

Sangat tepat kiranya menyebut kerupuk sebagai kudapan pemersatu bangsa, selain mi instan. Enggak lengkap rasanya makan besar apalagi berkuah dan pedas tanpa kehadiran 'teman kriuk'.

Dari Sabang sampai Merauke berjejal beragam varian kerupuk, mulai kerupuk digoreng dengan minyak, digoreng dengan pasir, dipanggang.

Mulai dari pesisir Kalimantan, Sumatra, sampai Semenanjung Melayu terhampar ragam kerupuk berbahan kekayaan laut. Berbagai macam ikan hingga udang disulap jadi kerupuk.

Nama dagangnya pun akhirnya beragam. Bisa menurut tempat pembuatannya dari seluruh Indonesia. Bisa juga dicomot dari nama bahan tambahannya, seperti kerupuk udang dan kerupuk ikan tenggiri.

kerupuk
Kerupuk jadi sajian pelengkap makanan yang membuatnya semakin nikmat. (Foto Instagram@makfoodies)

Kian hari jenisnya kian banyak. Tiap daerah punya kerupuk khasnya masing-masing. Dari meja makan di rumah, warteg pinggir jalan, sampai restoran mewah, semua punya kerupuk.

Ada kerupuk bawang dari tepung tapioka dan campuran bawang putih sehingga menghasilkan aroma dan rasa gurih tak tertandingi. Beralih ke rumah makan Padang, kerupuk kulit jadi satu hal tak boleh terlewat. Apalagi ketika disiram dengan kuah gulai. Amboi!

Buat orang Indonesia belum afdol rasanya kalau enggak makan nasi, bahkan kerupuknya pun ada pula berbahan nasi. Kerupuk gendar di Jawa dibuat dari adonan nasi dan dimakan lebih sering bersama nasi saat makan besar.

Main ke Palembang harus icip kerupuk kemplang dengan campuran tepung kanji, bumbu, dan ikan tenggirinya. Kriuk!

Mencari keunikan? Ada kerupuk melarat dengan nama dan cara pembuatan eksentrik. Bukan digoreng, melainkan disangrai menggunakan pasir. Enggak ketinggalan kerupuk-kerupuk favorit berbagai bentuk lainnya, seperti kerupuk mi, rengginang, rempeyek, opak, emping, dan masih banyak lagi.

kerupuk
Kerupuk Indonesia diminati masyarakat luar negeri. (Foto Instagram@merilimatmaja)

Jangankan dibuat teman makan, digado langsung atau dengan sambal bahkan tambah nikmat. Kriuk, krauk, krauk! Sampai remahannya berantakan di lantai atau pakaian. Begitulah kudapan Made In Negeri Aing. Khas cuma di Indonesia, apalagi tiap kerupuk punya momen dimakan berbeda-beda.

Kerupuk putih bulat misalnya, selain biasa disantap bersama bakso atau makan besar, juga sering digunakan pada lomba peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia.

Baca juga:

Balada Fans K-Pop Tergila-Gila Sendal Jepit Swallow Made In Negeri Aing

Saat lomba, kerupuk putih digantung menggunakan tali setinggi di atas sedikit muka peserta sehingga menimbulkan usaha lebih tatkala ingin menggigit. Pemenangnya, tentu paling cepat menhabiskan kerupuk.

Lain lagi kerupuk mi. Di saat bulan ramadan, muncul penjaja takjil dadakan menjual kerupuk mi dengan dua varian sambal, kacang dan ubi. Ada dua jenis kerupuk mi, digoreng dengan minyak dan pasir. Kerupuk berwarna kuning tersebut biasa disantap bersama asinan atau bisa langsung dimakan saat berbuka puasa.

kerupuk
Indonesia memiliki berbagai macam jenis kerupuk beraneka rasa dan bentuk. (Foto Instagram@veganseafoodie)

Setiba lebaran jangan lupakan rengginang. Biasanya rengginang selalu identik dengan kaleng biskuit Khong Guan. Tamu biasanya akan terkecoh saat memnbuka kaleng Khong Guan, sebab bukannya beroleh wafer dan biskuit, malah rengginang bulat berwarna merah, putih, dan oranye.

Kerupuk memang jadi bagian enggak terpisahkan Negeri Aing. Jauh sebelum ciki memenuhi rak swalayan, pemuda-pemudi Indonesia ternyata telah mengisi perut dengan kerupuk. Kerupuk, menurut sejarawan Fadly Rahman dikutip Historia.id, sudah tersiar keberadaannya di Jawa sejak abad 9 atau 10 melalui informasi dari prasasti Batu Pura dengan menera rambak atau kerupuk dari kulit sampi atau kerbau.

Rambak di masa tersebut tak bisa dimakan segala kalangan. Hanya petinggi bisa merasakan kriuknya, sementara kalangan bawah hanya boleh mengkonsumsi kerupuk aci. Kelebihan panen singkong terutama meloncat pada abad-19 membuat masyarakat menyiasati kelebih produksi dengan mengkreasikan berbagai makanan termasuk kerupuk.

Mirisnya, banyak rakyat jelata terpaksa menjadikan kerupuk sebagai makanan pokok karena devisit panganan panjangan akibat perang. Daging jadi barang langka dan jikalau ada pun harganya selangit.

kerupuk
Kerupuk beras, varian lain kerupuk. (Pixabay-Mabel Amber)

Kini, kerupuk mudah ditemukan di seluruh tempat di Indonesia. Bahkan kerupuk asal pelbagai daerah di Nusantara sudah tersedia di gerai-gerai makanan luar negeri. Kerupuk dikenal luas sebagai makanan khas Indonesia.

Saking terkenal dan kangennya, Louisa Johanna Theodora "Wieteke" van Dort, seorang kabaret dan penyanyi Belanda sampai menyelipkan sambal dan kerupuk sebagai pelengkap menyantap nasi goreng pada lagu Geef Mij Maar Nasi Goreng.

Bukan sembarang kangen, orang luar negeri terbukti butuh kerupuk. Setiap tahun terjadi peningkatan permintaan pasar luar negeri terhadap produk Kerupuk Udang Finna produksi PT. Sekar Laut Tbk. Tujuan ekspor kerupuk udang Finna tersebar di 30 negara meluputi Asia, Australia, Eropa, Amerika, dan Afrika.

Selain Indonesia dan Belanda, mengutip Trade Map, negara paling doyan kerupuk antara lain Inggris, Korea Selatan, Tiongkok, dan Jerman. Menurut data perusahaan, dilansir dari laman Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kemendag, dari produksi 30 ton kerupuk udang, 40 persennyanya digunakan untuk memenuhi permintaan ekspor. Rata-rata nilai transaksi ekspor produk mencapai Rp 200 miliar per bulan.

Dengan kemampuan produksinya pada tahun 2016, PT. Sekar Laut Tbk mampu mengekspor lebih dari 150 kontainer atau setara dengan tujuh ribu ton per tahun.

Mungkin jadi orang Indonesia ada bahagianya karena surganya semua jenis kerupuk. Biar lawakan banyak garing, asalkan kerupuk tetap ada di Negeri Aing. (sam)

Baca juga:

MADE IN NEGERI AING

#Kuliner #Juni Made In Negeri Aing
Bagikan
Ditulis Oleh

Samantha Samsuddin

Be the one who brings happiness
Bagikan