MASA pandemi COVID-19 membawa disrupsi besar pada cara kita bekerja. Sebelum pandemi, orang terbiasa bekerja di kantor. Selama pandemi, perubahan besar terjadi. Orang diharuskan bekerja dari rumah.
Setelah pandemi mereda, ternyata kebiasaan ini tetap tinggal. Tak hanya kerja di rumah, tapi juga dari berbagai tempat selain kantor. Kafe, restoran, tempat wisata, dan hotel. Kini muncul lagi tren baru: kerja hibrida atau campuran.
Bekerja secara hibrida diramalkan tetap jadi tren pada 2023. Modal kerja hibrida adalah jaringan internet. Jaringan ini rentan terkena serangan siber. Karena itu, perusahaan perlu meningkatkan keamanan siber, baik di tingkat perusahaan maupun karyawan.
"Tantangan utama perusahaan dalam remote working atau bekerja jarak jauh adalah pemahaman karyawan mengenai risiko siber dan bagaimana meminimalkan resiko tersebut," kata Presiden Direktur ITSC Asia, Andri Hutama Putra, dalam keterangan pers seperti dikutip Antara (28/12).
Sistem hibrida menggabungkan kerja di kantor dan luar kantor. Karyawan dibagi dalam dua kelompok. Satu bekerja di kantor, lainnya dari rumah atau tempat lain.
Baca juga:
Kerja Hibrida Jadi Lebih Mudah dengan Workplace Management System

Sistem ini menawarkan biaya operasional yang lebih sedikit bagi perusahaan. Keuntungan lainnya, perusahaan bisa mengembangkan bisnis dengan cara merekrut karyawan dari berbagai domisili tanpa ada kewajiban untuk bertemu secara fisik setiap hari.
Riset World Trend Index 2022 dari Microsoft menunjukkan 54 persen pemimpin perusahaan besar mempertimbangkan kerja secara hibrida pada 2023.
Meskipun menawarkan berbagai keunggulan, kerja hibrida juga menantang. Tersebab tak setiap karyawan memiliki pemahaman keamanan siber yang sama soal penggunaan gawai, internet dan perangkat lunak. ITSEC melihat setidaknya ada empat hal yang harus diperhatikan dalam kultur kerja hibrida.
1. Meningkatkan Kesadaran tentang Keamanan Siber
ITSEC menilai karyawan sebagai garda depan untuk menghadapi ancaman siber dalam sistem kerja hibrida. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk mendidik, melatih, dan mendukung karyawan mereka dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tentang keamanan siber.
Ketika mengadopsi kerja hibrida, pelatihan keamanan siber sebaiknya tidak hanya diberikan kepada tim TI, tetapi juga seluruh karyawan. Pengetahuan mereka tentang keamanan siber akan membantu mengurangi serangan seperti phishing dan penipuan lainnya yang bertujuan mencuri data perusahaan.
2. Menerapkan Postur Keamanan yang Tepat
Perusahaan bisa melakukan audit dan analisis terhadap sistem keamanan supaya bisa menyesuaikan kerja hibrida dengan perencanaan keamanan informasi perusahaan. Dengan perencanaan, pengembangan tim dan konsultan keamanan yang tepat, perusahaan dapat mewujudkan infrastruktur siber yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Baca juga:

3. Menerapkan Sistem Keamanan yang Proaktif
Perusahaan perlu menyiapkan gawai yang dilengkapi dengan sistem keamanan terintegrasi dan bisa dipantau oleh tim TI. Perusahaan mungkin juga perlu menerapkan verifikasi dua langkah dan penggunaan Virtual Private Network (VPN) untuk kerja hibrida.
4. Meninjau Sistem Keamanan Digital Perusahaan
Perusahaan perlu meninjau secara berkala sistem keamanan dan informasi perusahaan. Jika ditemukan kelemahan, perusahaan perlu memperkuat sistem itu. Misalnya dengan memperbarui perangkat lunak dan keras.
Penguatan sistem keamanan tidak hanya berpusat pada pembaruan perangkat lunak dan keras, tapi juga pembaruan pengetahuan dan kemampuan sumber daya manusia. (dru)
Baca juga: