Kisah Inspiratif

Kepakan Tangguh dari Lereng Merapi Menembus Krisis Pandemi

Wisnu CiptoWisnu Cipto - Kamis, 08 Oktober 2020
Kepakan Tangguh dari Lereng Merapi Menembus Krisis Pandemi
Perajin bambu Dusun Kebonkliwon, Desa Kebonrejo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah mengerjakan produk panel bambu wulung untuk pasar ekspor. (ANT/HO-Muh. Khoirul Soleh)

LAHAN 1,2 hektare itu semula hanya berupa pepohonan bambu di tengah kampung di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (Jateng). Kini disulap jadi tempat wisata edukasi dengan target akhir tahun ini rampung dikerjakan. Semua itu kuncinya tak lepas dari kolaborasi dan jejaring para seniman dan tokoh lokal dari lereng Gunung Merapi.

Berawal ketika seniman Ismanto ikut menyurvei lokasi dan mengusulkan ide "Sekolah Bambu". Begitu juga seniman lainnya Sujono Keron turut menyumbang ide karya 100 sosok wayang dari galvalum untuk instalasi gapura setinggi 4,5 sentimeter dan panjang sembilan meter.

Baca Juga:

Jejak Inspiratif Serda Mugiyanto, dari Kehilangan Kaki Hingga Jadi 'Lilin Borobudur'

Tokoh lainnya Muhammad Khoirul Soleh alias Irul, bersama sejumlah kawan, seperti Agus Daryanto dan Risna Yuniarwan, menggandeng Kelompok Usaha Bersama (KUB) Dadi Berkah di Dusun Krandan, Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman. Mereka teringat jejaring usaha dengan kawan di Klaten yang menggeluti pengolahan bambu untuk mewujudkan Sekolah Bambu dalam format wisata edukasi.

Irul, alumnus Program Studi Manajemen Pemasaran, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Magelang, selama ini juga mengelola usaha mandiri berupa pembibitan aneka tanaman, terutama buah-buahan, dengan pasaran merambah berbagai daerah di Indonesia. Umumnya, warga setempat memiliki usaha pembibitan tanaman buah di lahan dan pekarangan.

Di dekat rumahnya di Kampung Kebonkliwon, Desa Kebonrejo, dia dan kawan-kawannya selama empat bulan terakhir juga bergelut dengan produksi panel bambu wulung untuk ekspor, antara lain ke Australia dan beberapa negara di Eropa.

Baca Juga:

Cerita Bhabinkamtibmas Gambir Masuk di Zona Merah COVID-19

Pengiriman produknya dalam format jejaring dengan pelaku usaha di Bantul, Yogyakarta. Seminggu bisa satu atau dua kali pengiriman. Sekali pengiriman 300-an produk panel dengan nilai Rp11 juta-Rp13 juta. Setiap panel berukuran 90x180 sentimeter. Usaha panel bambu menyerap 25 tenaga kerja, terutama warga setempat.

Kawan-kawan jejaringnya selama ini juga meminta dukungan survei lokasi di Magelang untuk mengembangkan investasi. Salah satunya, seorang kepala desa di Bandongan, Kabupaten Magelang memanfaatkan tanah desa 9.000 meter persegi untuk usaha ekonomi warga, berupa agrowisata desa dengan latar belakang Gunung Tidar Kota Magelang.

"Di sana rencananya tanam cokelat, durian, dan alpukat, kami tawarkan dari proses hulu hingga hilir, warga antusias," kata dia, dikutip dari Antara, Kamis (10/8).

Kendel karo telaten

sekolah bambu magelang
Sejumlah tukang mengerjakan salah satu calon wahana wisata edukasi di Dusun Krandan, Desa Kebonrejo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah untuk prospek usaha ekonomi warga pascapandemi COVID-19, Selasa (6/10/2020). (ANTARA/Hari Atmoko)

Bagi Irul, kewirausahaan dijalani tidak mulus-mulus saja. Dia pernah gagal dalam sejumlah usaha, seperti peternakan kelinci dan ayam. Ia juga merasa tidak betah menjadi pegawai kantoran setelah mengalaminya sebagai staf di bengkel kendaraan bermotor berjejaring nasional.

Pandemi COVID-19 diakui menjadikan perlambatan usahanya, terutama karena distribusi mengalami penurunan. Ia tidak patah semangat. Asam-garam menghidupi usaha mandiri sering dihadapi Irul sehingga tetap eksis, bahkan di tengah pandemi.

"Optimisme itu harus, tanpa itu tidak jalan. Justru karena pandemi kami menyiapkan diri berlari kencang setelah pandemi berakhir," ujar Agus yang bersama Irul siang itu berada di calon lokasi wisata edukasi.

Baca Juga:

Dari Inggris, 2 Gadis Cilik WNI Ciptakan Novel Kemanusiaan Hari Aksara UNESCO

Agus menambahkan sejumlah sosok pelaku usaha jejaringnya bersama Irul di sejumlah kota di Indonesia yang sama-sama tangguh, bisa dipercaya, saling terhubung, dan selalu berbagi informasi di tengah pandemi. "Seakan-akan nekat, tetapi juga berhitung, apalagi sekarang pandemi," ujar seniman batik itu.

Ketangguhan tim Irul diakui seniman Ismanto dengan ungkapan berbahasa Jawa, Kendel, sak jane karo yo kendel spekulasi. Tur yo telaten (Berani, harus berani berspekulasi, tetapi juga harus teliti).

Mereka pun menyiapkan konsep pengelolaan usaha, konsultan, kerja sama pengelolaan tahun jamak, sebatas survei lokasi, maupun sekadar berbagi ide dan informasi. Persaingan dengan usaha serupa apalagi posisinya dekat Candi Borobudur juga tak luput dari hitung-hitungan mereka.

Lokasi wisata edukasi di Krandan itu akan dilengkapi sejumlah wahana, seperti areal parkir, internet, kolam renang, resto, tempat bermain, panggung pertunjukan di pinggir Kali Tangsi, home stay, dan pengolahan ipal.

Jangan Tergantung Pemerintah

Presiden Jokowi di Sidang Tahunan MPR 2020. (Foto: Antara)

Kesibukan Irul dan kawan-kawan serta jejaringnya di tengah pandemi, terkesan tidak membikin repot pemerintah menggulirkan program-programnya. Mereka seakan berjalan mandiri dengan ketangguhan, optimisme, dan menjelimet berpikir serta berhitung, menyongsong kehidupan ekonomi moncer pascapandemi.

Barangkali, pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD Tahun 2020, menjelang puncak HUT Ke-75 RI yang jatuh 17 Agustus lalu, tentang "membajak momentum" mendapatkan seberkas wujud dari orang-orang tangguh, seperti Irul, kawan-kawan, dan jejaring usahanya.

Ketika itu, Presiden menegaskan pandemi sekarang ini menjadi waktu tepat untuk membajak momentum krisis agar bisa melakukan berbagai lompatan besar, termasuk dalam usaha ekonomi dan investasi. "Saatnya kita bajak momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar," ujar Jokowi kala itu.

Baca Juga:

Cerita Dua Peneliti Indonesia di Inggris Ikut Kembangkan Vaksin COVID-19

Hasil sibuk kerja mandiri mereka saat ini memang belum nampak. Posisi mereka sekarang, sedang sibuk menyiapkan bangunan fisik dan infrastruktur. Dalam sebutan seniman Agus, mereka kini sedang mengepakan sayap membangun "jalan tol".

Kepakan sayap sosok-sosok tangguh menghadapi berbagai situasi sebagaimana yang digagas Irul, kawan-kawan, dan jejaring usaha ekonominya dalam membajak momentum krisis layak menjadi inspirasi. Mereka menghidupi optimisme bahwa pandemi akan berakhir, dunia belum kiamat, dan langit akan kembali padang, dan perekonomian lebih maju.

Tetapi sayap-sayap itu mesti mulai dikepakkan justru saat pandemi masih mendera. Ketika bumi kehidupan terbebas krisis, mereka bukan lagi siap terbang, tetapi melesat ke angkasa. Tak ada capaian tanpa langkah. (*)

Baca Juga:

Kisah Inspiratif, Si Ganteng Anak Dewi Yull Penyandang Disabilitas

#Kisah Inspiratif #Magelang
Bagikan
Ditulis Oleh

Wisnu Cipto

Bagikan