SEJAK pandemi, kegiatan naik pesawat mungkin jadi berkurang. Namun, akhir-akhir ini semua orang mulai kembali bepergian. Jika tadinya kita tidak memperhatikan sekitar, kini semua orang jadi lebih peka dengan sekelilingnya karena sudah lama tak berjalan-jalan, termasuk ketika berada dalam pesawat.
Menaiki pesawat dimulai dengan pencarian tempat duduk, meletakkan barang bawaan, dan duduk di kursi yang sudah disediakan. Setelahnya, kamu mungkin baru menyadari satu hal. Semua hal di dalam pesawat berbentuk bundar. Mulai dari jendela, sandaran tangan, meja baki, sampai layar televisi, semuanya tidak memiliki ujung tajam. Apa alasannya?
Baca Juga:
Meskipun remeh, sebenarnya benda-benda ini ada untuk alasan yang sangat bagus. Direktur senior rumah desain Teague, Anthony Harcup, mengatakan kepada DMarge bahwa tepian tajam dapat melukai siku, lutut, pinggul, atau bagian tubuh manapun. Sebenarnya hal ini sudah biasa terjadi, namun akan jadi sangat berbahaya ketika kita berada di ketinggian beribu-ribu kaki dari permukaan tanah.

Oleh sebab itu, perusahaan Teague yang sudah bekerja dengan Boeing selama 75 tahun akhirnya melakukan pembulatan untuk 'delethalization'. "(Prinsip desain) yang memastikan bahwa ketika berada dalam hukum Murphy, seorang penumpang tidak dapat melukai diri mereka sendiri di bagian mana pun dari kursi pesawat," jelas Harcup.
Akan tetapi, sebenarnya lebih jauh dari itu. Pembulatan ini bukan hanya melindungi penumpangnya dari memar-memar, melainkan juga pesawat itu sendiri. Ketika suatu bagian dicetak, dikerjakan dengan mesin dan dicat, dilapisi laminasi, dan segudang pekerjaan lain, hasil akhirnya jauh lebih mungkin mengalami keretakan akibat tekanan atau lapisan akhir aus pada titik tinggi ketika diproduksi dengan tepi tajam.
Baca Juga:
Proses pembulatan setidaknya dapat meminimalisasi kejadian ini agar bagian pesawat lebih tahan lama dan dapat melaju dengan aman. Kesalahan ini pernah terjadi. Berdasarkan sejarah, penumpang pesawat mulai populer sejak tahun 1950an.
Pesawat mulai terbang dengan ketinggian yang lebih tinggi untuk menghemat biaya karena udara tipis membantu penerbangan lebih ringan. Sayang, hal ini menciptakan turbulensi yang membuat perjalanan tidak nyaman. Parahnya lagi, saat itu desainnnya tidak dibuat untuk keamanan penumpang. Jendelanya berbentuk kotak sehingga menciptakan titik stres karena perbedaan tekanan di dalam dan luar pesawat.
"Ketika suatu material berubah bentuk, tegangan dibuat di dalam material. Akhirnya tegangan naik sangat tinggi sehingga material tersebut pecah," demikian penjelasan dari saluran YouTube Real Engineering. Inilah yang terjadi tahun 1952 ketika dua pesawat di udara hancur akibat jendela perseginya.
Untungnya, kini desainer sudah membuatnya secara bundar dan jelas inilah yang perlu disyukuri. Meskipun sepele ternyata, hal ini ternyata sangat berdampak buat keselamatan semua. (sam)
Baca Juga: