Kenali Kebahagiaan Sejati Sebelum Berusaha Mengejarnya

P Suryo RP Suryo R - Kamis, 06 Oktober 2022
Kenali Kebahagiaan Sejati Sebelum Berusaha Mengejarnya
Untuk mempelajari fungsi manusia sepenuhnya, kita perlu tahu banyak tentang kesehatan mental. (freepik/lookstudio)

HIRUK-pikuk perjuangan mencapai kebahagiaan terus terus meningkat. Tercatat di toko buku Barnes & Noble pada tahun 2008 ada empat ribu buku diterbitkan tentang kebahagiaan. Sementara sebelumnya, topik sama yang dirilis pada tahun 2000 hanya ada 50 buku.

Kelas paling populer di Universitas Harvard, AS adalah tentang psikologi positif, dan setidaknya 100 universitas lain menawarkan program serupa. Lokakarya kebahagiaan pasca-perguruan tinggi juga berlimpah, dan setiap hari ada pelatih kehidupan yang menjanjikan kebahagiaan kepada klien potensial.

Pada akhir 1990-an, psikolog Martin Seligman dari University of Pennsylvania mendesak rekan-rekannya untuk meneliti suasana hati yang optimal dengan intensitas yang sama dengan yang telah mereka pelajari begitu lama tentang patologi.

Baca Juga:

Benarkah Membeli Kebahagiaan itu Lebih Penting?

bahagia
Kebahagian dangkal yang diwakili oleh emoticon senyum kemudian dijual demi meraup keuntungan. (freepik/freepik)

Untuk mempelajari fungsi manusia sepenuhnya, kita perlu tahu banyak tentang kesehatan mental, bukan hanya tentang gangguan mental. Generasi baru psikolog kemudian ramai-ramai meneliti tentang sifat-sifat karakter positif dan praktik peningkatan kebahagiaan.

Pada saat yang sama, perkembangan ilmu saraf memberikan petunjuk baru tentang apa yang membuat kita bahagia dan seperti apa di otak. Tidak mau kalah, ekonom perilaku menumpuk pada penelitian yang menumbangkan premis klasik bahwa orang selalu membuat pilihan rasional yang meningkatkan kesejahteraan mereka. Padahal, kemampuan kita dalam memprediksi apa yang membuat kami bahagia sangatlah buruk, begitu menurut para peneliti.

Rentetan penelitian akademis datang bersama-sama, memicu banyak wawasan ke sisi cerah kehidupan. Kebahagian dangkal yang diwakili oleh emoticon senyum kemudian dijual untuk meraup keuntungan. Tips kebahagiaan menyerbu pasar dengan jaminan untuk memusnahkan kekhawatiran, stres, kesedihan, kekesalan.

Namun tidak semua dari hiruk-pikuk itu baik. Menurut beberapa ukuran, kita telah tumbuh lebih sedih dan lebih cemas selama tahun-tahun yang sama bahwa gerakan kebahagiaan telah berkembang.

Tidak mengherankan bila kemudian muncul kekuatan tandingan dari gerakan kebahagiaan yang dipimpin oleh troika akademisi Jerome Wakefield dari New York University dan Allan Horwitz dari Rutgers yang menulis The Loss of Sadness: How Psychiatry Transformed Normal Sorrow into Depressive Disorder.

Ada pula Eric Wilson dari Wake Forest University yang menulis pembelaan melankolis dalam Against Happiness. Mereka mengamati bahwa keasyikan kita dengan kebahagiaan telah datang dengan mengorbankan kesedihan, perasaan penting yang telah kita coba singkirkan dari repertoar emosional kita.

Horwitz menyayangkan bahwa anak muda yang secara alami menangis setelah putus cinta sering didesak untuk mengobati diri sendiri daripada mengatasi kesedihan mereka. Wilson mengatakan bahwa obsesi kita terhadap kebahagiaan sama dengan pengabaian yang penuh nafsu terhadap perspektif melankolis.

Baca Juga:

Dasar-dasar yang Sebenarnya dapat Membuat Seseorang Bahagia

bahagia
Kebahagiaan adalah lebih seperti puas daripada 'bahagia' dalam arti kegembiraan penuh. (freepik/standret)

Baik kekuatan kebahagiaan maupun anti-kebahagiaan sebenarnya menyetujui sesuatu yang penting, bahwa kita cenderung mengambil perbaikan cepat yang dangkal seperti pembelian yang berlebihan dan makanan berlemak untuk meredam perasaan negatif yang menguasai kita.

Kebahagiaan bukan tentang tersenyum sepanjang waktu, tapi tentang menghilangkan suasana hati yang buruk, atau memperdagangkan nuansa dan ambivalensi kamu terhadap orang-orang dan situasi untuk pernyataan ceria tanpa penilaian kritis.

Sementara para ahli yang sesungguhnya terletak di kubu yang berbeda dan terkadang saling menantang, selama dekade terakhir mereka telah bersama-sama menyusun potongan besar teka-teki kebahagiaan.

Apa itu kebahagiaan? Ada efinisi yang paling berguna, dan telah disetujui oleh para ilmuwan saraf, psikiater, ekonom perilaku, psikolog positif, dan biksu Buddha. Kebahagiaan adalah lebih seperti puas daripada "bahagia" dalam arti kegembiraan penuh.

Kondisi ini memiliki kedalaman dan pertimbangan, mencakup menjalani kehidupan yang bermakna, memanfaatkan karunia dan waktu, hidup dengan pikiran dan tujuan. Kebahagiaan semacam ini dapat maksimal ketika kamu juga merasa menjadi bagian dari komunitas.

Dan, ketika kamu menghadapi gangguan dan krisis, melibatkan kemauan untuk belajar dan tumbuh, yang terkadang melibatkan ketidaknyamanan. Itu membutuhkan tindakan pada kehidupan, bukan hanya menerimanya.

Kebahagiaan sejati bukan kegembiraan sementara atau kesenangan, pasokan perasaan itu mengalir melalui kamu setiap hari. (aru)

Baca Juga:

Banyak Jalan Menuju Bahagia

#Lipsus Oktober Bahagia
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love
Bagikan