MerahPutih.com - Fenomena kasus penyakit ginjal akut yang menjangkiti anak-anak di Indonesia mendapat perhatian serius Ketua DPD RI LaNyalla Mattaliti. Sebab, selain masih simpang siurnya informasi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga belum memberikan informasi yang jelas dan terbuka.
"Terutama menyusul ditariknya sejumlah obat sirop pada anak. Ini harus dijelaskan. Sebutkan daftar merk atau nama obatnya. Karena tidak semua masyarakat jeli melihat komposisi kandungan dalam obat. Jangan ada informasi yang masih kabur atau kurang jelas,” kata LaNyalla di Surabaya, Kamis (20/10).
Baca Juga
Legislator Soroti Lemahnya Pengawasan BPOM Terkait Izin Edar Obat Sirop
Sebagai antisipasi, menurut LaNyalla, langkah Kemenkes meminta fasilitas kesehatan serta apotek menarik obat sirop dari peredaran sudah bagus. Namun, harus diiringi dengan informasi yang jelas.
"Arena sebagian obat-obatan itu pasti masih ada di rumah kita masing-masing,” imbuhnya.
Kata LaNyalla, poinnya adalah komunikasi dan pesan harus jelas. Karena masyarakat adalah objek utama dari kebijakan itu. Sehingga mereka harus tahu produk apa saja yang ditarik.
Senator asal Jawa Timur itu menambahkan, pemerintah dan Kemenkes tidak boleh memberikan informasi yang berubah-ubah dan membingungkan.
Sebelumnya, Kemenkes menginstruksikan kepada masyarakat agar tidak mengonsumsi obat sirop untuk sementara waktu, imbas dari adanya kasus gangguan ginjal akut misterius.
Kemenkes juga meminta tenaga kesehatan tidak meresepkan obat sirop kepada pasien, serta apotek agar tidak menjual obat sirop.
Baca Juga
Dokter Anggota IDAI Diimbau Utamakan Resep Puyer atau Lewat Anus ketimbang Sirop
Instruksi itu tertuang dalam surat edaran Nomor SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) Pada Anak.
Adapun kasus gangguan ginjal akut (acute kidney injury atau AKI) misterius ini menyerang anak-anak. Kasus serupa terjadi di Gambia, dengan puluhan anak meninggal dunia usai mengonsumsi obat mengandung zat kimia berbahaya, etilen glikol.
Temuan senyawa etilen glikol itu terdapat pada beberapa obat batuk maupun parasetamol sirup. Etilen glikol merupakan salah satu dari tiga senyawa/zat kimia berbahaya yang ditemukan terkait kasus gangguan ginjal akut misterius tersebut.
Tiga zat kimia berbahaya yang dimaksud, yaitu etilen glikol/ethylene glycol (EG), dietilen glikol/diethylene glycol (DEG), dan ethylene glycol butyl ether (EGBE).
Kemenkes mencatat jumlah penderita gangguan ginjal akut misterius mencapai 206 kasus yang tersebar di 20 provinsi di Indonesia hingga Selasa (18/10).
Sebanyak 99 di antaranya meninggal dunia. Mayoritas pasien yang meninggal adalah pasien yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Angka kematian pasien yang dirawat di RSCM mencapai 65 persen. (Pon)
Baca Juga
Belum Ada Kasus Anak Meninggal Dunia Akibat Gangguan Ginjal Akut di Solo