Kemendagri: Gazeter Jadi Sumber Sejarah dan Referensi Dokumen Pemerintahan

Andika PratamaAndika Pratama - Selasa, 14 Desember 2021
Kemendagri: Gazeter Jadi Sumber Sejarah dan Referensi Dokumen Pemerintahan
Direktur Toponimi dan Batas Daerah Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri Sugiarto. Foto: Kemendagri

MerahPutih.com - Badan Informasi Geospasial (BIG) menerbitkan Gazeter Republik Indonesia, berisi daftar nama-nama rupabumi yang telah dibakukan.

Data yang dihimpun dalam Gazeter merupakan hasil kolaborasi dari kementerian, lembaga, stakeholder, akademisi, para pakar, dan pemerintahan daerah. Di dalamnya mencakup nama lokasi, nama bangunan, nama jalan, infrastruktur, dan sebagainya.

Baca Juga

KPK Tetapkan Bekas Kepala Badan Informasi dan Geospasial Tersangka Korupsi CSRT

Direktur Toponimi dan Batas Daerah Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri Sugiarto mengatakan, informasi dalam Gazeter menjadi acuan kementerian dalam penamaan dan penetapan batas wilayah.

“Ketika kita mau tetapkan wilayah administrasi darat maupun laut, kami mengacu pada data-data Gazeter. Termasuk ketika kami akan menetapkan wilayah provinsi sampai desa/kelurahan,” ucap Sugiarto dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (!4/12).

Sugiarto menjelaskan, ketetapan Gazeter nantinya akan dituangkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri), sebagai referensi pemda untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan.

“Gazeter ini kan isinya bermacam-macam, ada nama desa, kelurahan, jalan dan sebagainya. Nantinya setiap nama wilayah yang ada di Gazeter itu diberi kode. Jadi seluruh Indonesia akan mempunyai kode nama wilayah masing-masing,” terangnya.

Baca Juga

Badan Informasi Geospasial Luncurkan Peta Arus Mudik 2018

Sementara itu, Kepala Badan Informasi Geospasial, Muh Aris Marfai mengakui istilah Gazeter belum familiar di masyarakat. Padahal fungsinya sangat vital dalam proses pembangunan nasional.

Ia pun menjelaskan yang dimaksud Gazeter adalah direktori nama geografis atau nama rupabumi, dimana kita perlu menetapkan nama-nama itu agar memberikan kemudahan dalam pembangunan dan berbagai keperluan lainnya.

“Intinya adalah nama-nama yang muncul ketika peta rupabumi kita buat. Sehingga kita lihat memang bukunya tebal-tebal karena ada sekian puluh ribu, bahkan juta penamaan disitu. Jadi kita tidak perlu bingung lagi, ini menjadi semacam kamus,” jelasnya.

Misalnya nama Rawa Buaya, Rawa Bokor, Kebun Sirih, Kebun Jeruk, nama-nama itu merefleksikan sesuatu, baik proses, kejadian maupun pengetahuan lain yang dihimpun menjadi satu dalam Gazeter.

Penamaan rupabumi, kata Aris, sudah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, tapi belum berupa direktori khusus.

“Nah sekarang, Gazeter sudah bisa diakses melalui www.sinar.big.go.id,” pungksnya. (Asp)

Baca Juga

KPK Sidik Dugaan Korupsi CSRT di Badan Informasi Geospasial dan LAPAN

#Kemendagri
Bagikan
Ditulis Oleh

Asropih

Bagikan