MerahPutih.com - Meningkatkanya harga kedelai impor di Indonesia, membuat harga tahu dan tempe yang menjadi makanan favorit masyarakat melonjak. Bahkan, perajin tahu tempe melakukan mogok produksi agar harga kedelai jadi perhatian pemerintah.
Salah satu langkah pemerintah mengendalikan harga adalah segera mengatur harga acuan tahu dan tempe untuk menjaga kestabilan harga di pasaran.
Baca Juga:
Siasat Perajin Tahu di Solo Bertahan di Tengah Mahalnya Harga Kedelai
"Apa yang kami kerjakan, kami menjembatani antara pengrajin dan penjual tempe di pasar dengan menentukan harga acuan daripada tahu dan tempe. Ini akan segara kami keluarkan," kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi di Yogyakarta, Selasa (23/2).
Menurut Lutfi, harga kedelai saat ini memang tinggi. Namun demikian, sebetulnya masih lebih rendah jika dibandingkan harga pada Mei 2021.
"Sekarang ini harganya 15,86 dolar AS segatangnya atau setara dengan Rp11.500 sampai di pengrajin, jadi harganya memang tinggi tapi waktu itu sempat lebih mahal, sempat Rp12.000 pada saat itu," katanya.
Ia menyadari, tingginya harga kedelai telah memicu pengrajin tahu dan tempe melakukan aksi mogok berproduksi. Kendati demikian, menurut dia, tidak semua pengrajin mengikuti aksi itu.
"Mereka masih ramai tidak semuanya setuju (aksi mogok). Jadi antara satu asosiasi di satu daerah dengan daerah lain berbeda-beda," katanya.

Lutfi menuturkan, harga kedelai telah diatur secara internasional karena merupakan salah satu komoditas yang tinggi di level internasional.
Kemendag mencatat, Indonesia masih memiliki stok kedelai mencapai 300 ribu ton sehingga diperkirakan masih bisa memenuhi kebutuhan selama dua bulan ke depan.
Menjaga pasokan kedelai masa depan, pemerintah mengklaim 52 ribu hektare sudah mulai ditanami kedelai pada Januari 2022. Sementara sekitar 600 ribu lahan sisanya akan mulai ditanami kedelai pada April hingga Oktober 2022.
Rencana penanaman kedelai pada 650 ribu hektare lahan tersebut merupakan fondasi agar Indonesia bisa memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri.
Saat ini, Kebutuhan kedelai dalam negeri setiap tahunnya adalah 3 juta ton, sementara budi daya dan suplai kedelai dalam negeri hanya mampu 500 hingga 750 ton per tahunnya. (Asp)
Baca Juga:
Kementan Dorong Petani Taman Jagung Bareng Dengan Kedelai